So we - my husband and I - decided that it is time for our sons to start sleeping by them self, not accompanied by us anymore.
Faza akan berusia 7 tahun November tahun ini, dan Izzan akan berusia 5 tahun di bulan yang sama. Usia yang menurut kami sudah cukup untuk berpisah tidur dengan kami. Izzan mungkin masih terbilang muda, tapi kan ada kakaknya yang akan menemani dia tidur.
“Suruhlah anak-anakmu shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka (jika tidak mau shalat) ketika mereka berumur sepuluh tahun; dan pisahkanlah tempat tidur mereka,” (HR. Abu Dawud).
Jadi kami memulai dengan 'mendekor ulang' kamar tidur bawah. Tempat tidur utama dan lemari pakaian besar kami pindahkan ke kamar di lantai atas, yang memang kami alokasikan untuk menjadi kamar tidur saya dan suami. Kasurnya tetap di kamar bawah, hanya saja sekarang tanpa tempat tidurnya. Anak-anak senang sekali.. jika sebelumnya mereka kami larang untuk loncat-loncat di atas kasur karena khawatir tempat tidur kayu itu akan rusak, sekarang mereka bisa loncat-loncat di atas kasur sepuasnya, asalkan kaki mereka bersih.
Sebenarnya saya dan suami belum memikirkan 'langkah-langkah nyata' bagaimana caranya supaya kami bisa berpisah tempat tidur dengan anak-anak, dan bagaimana caranya mengkomunikasikan hal ini dengan anak-anak. Langkah pertama yang terpikir barulah dekor ulang ini saja ... hehe.. setidaknya ada langkah awal bukan?
Faza sudah siap untuk tidur malam ini. Saya belum mau tidur.. belum bisa. Alergi saya kambuh sejak sore, kaligata melanda. Rasanya terakhir mengalami kaligata waktu saya kuliah dulu, sekarang tiba-tiba koq muncul lagi ya. Gatal sekali... tangan dan leher memerah dan bentol-bentol. Saya berusaha menahan diri dari menggaruk-garuk.. duuuhh.. sulit sekali...
"Bun, ceritain dong".. kata Faza, berbaring di sebelah saya sambil saya usap-usap punggungnya, kebiasaan sebelum tidurnya sejak kecil. Izzan masih menemani ayahnya menonton TV di ruang tengah.
"Cerita apa?" tanya saya, sambil memandang bentol-bentol di tangan yang semakin meluas..hhh.. gatallll...
"Apa aja Bun, terserah Bunda" suara Faza terdengar sudah mengantuk.
Hmmm.. cerita apa yaa.. rasanya ga bisa berpikir kalau lagi diserang kaligata begini.. padahal sudah pakai bedak salisil.
"Buuun.." Faza memanggil karena saya tidak juga mulai bercerita.
"Eehhmm.. aduuh.. Aa coba deh liat tangan Bunda" bukannya bercerita saya malah memperlihatkan tangan saya.
"Kenapa Buun.." Faza malas-malasan melihat ke arah tangan saya.. "Apa itu Bun?" tanyanya melihat bentol-bentol menyebar di tangan saya.
"Iniiii...emm.. ini.." saya tidak bisa konsentrasi karena gatal.. Faza masih memperhatikan tangan saya. "Ini ya.. tau ngga Aa ini apa?" saya malah balik bertanya
"Ngga tau.. apa itu Bun? Bunda kenapa?" suara Faza terdengar cemas.
"Iniiii... ini tanda-tandanya Bunda bakal berubah jadi monster A.." saya tersenyum.. hehe.. entah kenapa ya koq kepikiran monster.. Faza memandang saya tidak percaya
"Iya Aa.. benerr.. ini tanda-tandanya.. tuuuhh kan tangan Bunda berubaaah..Kayak monster di film Bima itu ya A.. Makanya ntar Aa jangan bobo sama Bunda yaa... Ntar malem pas Aa bobo terus Bunda jadi monster, ntar Aa Bunda makan" saya tambah asyik mengkhayal melihat Faza tidak percaya.
Faza masih saja memandang saya.. terus tiba-tiba tanpa sepatah katapun dia bangun dan pindah ke ruang tengah. Haha.. asyiiiik.. ternyata mudah juga ya pisah tidur sama anak.
Saya masih berkutat dengan rasa gatal saat tiba-tiba teringat kalau kami belum sholat Isya. Ternyata Faza sudah tertidur di sofabed di ruang tengah. Saya minta suami saya membangunkan Faza, sementara saya sendiri membujuk Izzan supaya mau sholat bareng kami.
Faza sudah mengambil wudhu dan duduk di sofa menunggu. Saya sedang di depan kamar mandi, mengawasi Izzan mengambil wudhu. Suami sedang menyiapkan sajadah. Tiba-tiba saya mendengar Faza terisak-isak. Saya kaget sekali, suara tangisnya berbeda sekali.. sepertinya Faza sangat sedih.
"Aa kenapa, Sayang?" tanya saya, namun suara tangisannya malah semakin keras dan sedih. Jangan-jangan waktu dia tidur tadi dia bermimpi sedih ya??
"Faza kenapa?" saya bertanya lagi.. "Ayo kesini, cerita sama Bunda. Aa kenapa sedih amat?" saya panggil dia supaya mendekat, namun Faza duduk diam saja, malah tangisannya tambah sedih.
Saya mendekati dan memeluk Faza. "Kenapa, Aa? Cerita doong.. kalo Aa ga cerita gimana Bunda bisa tauuu.. Aa mimpi yaa?" Suami saya mengawasi kami. Izzan juga.
Faza masih menangis, "Ituu Buunn.. tadiii.. cerita Bundaaa.." tangisnya
"Cerita Bunda?" saya tidak mengerti. Suami saya menatap saya tajam.
"Iyaaa... tangan Bundaaa... Bunda jangan berubaaah" tangisnya kian keras.
Ooooo... ya ampuunn.. Cerita monster ituu!!
Rupanya Faza benar-benar percaya.. ya ampun.. Faza menangis karena takut Bundanya benar-benar berubah jadi monster! Saya merasa campur aduk: geli, heran dan terharu jadi satu.. Saya pikir Faza suka cerita monster karena salah satu film favoritnya adalah Bima.
"Maaf ya A.. Bunda tadi cuma bercanda, ga beneraan" saya memeluk Faza erat-erat. Suami saya tampak semakin curiga melihat saya merasa begitu bersalah, "Kenapa Bun?" tanyanya. Saya hanya nyengir melihat ke arahnya.. hehe..nanti sajalah ceritanya.
"Ngga Faza.. Bunda ga akan berubah jadi monster.. ga akan makan Faza" saya tersenyum saat berkata ini, memandang suami saya yang masih tidak mengerti.
Faza masih sedikit terisak-isak saat berkata "Faza kan mau bobo sama Bundaa, Bunda beneran jangan berubah yaa.."
Saya tersenyum, "Boleh.. nanti abis sholat Isya, Aa bobo sama Bunda yaa"
Hahaha... gagal deh usaha pertama untuk pisah tidur sama anak-anak :)
<-- Here they are, three men in my life.. luv you all :)
******************************************************************************
'Tulisan ini disertakan di GA Every Mom has A Story #stopmomwar'
http://www.rinasusanti.com/2014/10/ga-every-mom-has-story.html