Snow White bukanlah nama putri raja dari cerita kanak-kanak.
Kamis malam, 7 Mei 2015
Pulang kantor, saat memarkir motor di garasi, aku melihat sesuatu yang tidak biasa: seekor ayam putih di atas kap mobil. Kami tidak punya ayam peliharaan. Kalaupun ada yang hendak nangkring di atas kap mobil, mustinya paling-paling kucing liar yang memang banyak berkeliaran di komplek.
Anak-anak yang seperti biasa ribut menyambutku pulang, juga kaget melihat si ayam. Menilik ukuran tubuhnya, ayam ini belum dewasa, tapi juga tidak bisa dibilang anak-anak. Mungkin lebih tepat disebut ayam remaja. Batere hape masih penuh, dan ada pemandangan tidak biasa, jadilah jepret-jepret mengambil foto beberapa kali dengan si ayam sebagai modelnya. Berhubung suasana temaram, harus pakai blitz. Ternyata si ayam bergeming dan dengan kalemnya diam di tempat untuk diambil fotonya, dari beberapa sudut pandang. Jangan-jangan ayamnya sakit, aku pikir. Koq diam saja .. apa sudah terbiasa difoto ya? Setelah kirim foto ke suami, aku pun masuk ke rumah.
|
Snow White berpose di kap mobil |
Jumat pagi, 8 Mei 2015
Suami cemberut, kap mobil kotor kena 'oleh-oleh' dari si ayam. Rupanya tidak cuma numpang tidur, si ayam juga numpang buang hajat di situ. Tertuduhnya sendiri tidak kelihatan batang paruhnya. Mungkin dia bangun pagi-pagi sekali, takut rezekinya keburu dipatok ayam lain.
Jumat malam, masih 8 Mei 2015
Saat aku pulang, si ayam sudah ada di atas kap mobil lagi. Hmmm.. jangan-jangan dia suka di sini, aku sudah geer saja. Apalagi tempat nongkrongnya sudah kinclong lagi, dibersihkan oleh ARTku. Anak-anak berebutan ingin mengambil foto si ayam.
Suami yang sampai ke rumah tidak berapa lama setelah aku, terdengar meng-huss-huss si ayam untuk pergi. Karena huss-huss nya terdengar cukup lama, aku mengambil kesimpulan: si ayam sulit diberi pengertian. "Gimana, ayamnya sudah pergi?" aku bertanya dari dapur. "Sudah.." ujar suamiku, masuk ke kamar untuk berganti pakaian. Bukannya tidak percaya sih, cross check saja, jadi aku pergi ke garasi, daaan... di sanalah dia, duduk manis di atas kap mobil, menatapku.
Setelah menerima laporanku, suami bergegas ke garasi. Si ayam tambah sulit diusir, nampaknya dia sudah terlalu mengantuk dan sudah pe-we. "Mungkin rezekinya kita kali, Yah" sahutku.
"Maksud Bun? Mau dibiarin aja ayamnya di situ? Emang itu ayam siapa?" tanya suami.
"Ngga tau sih punya siapa, tapi kalau dia ngga mau pergi, ya sudah biarin aja."
"Hmm.. tapi jangan di atas kap gitu atuh. Kotor." Wahh.. aku cukup kagum mendengar persetujuan suami terhadap ideku untuk membiarkan ayam itu ada di rumah. Yang aku tahu suamiku tidak suka memelihara binatang, apalagi ayam karena kotor dan bau.
Sabtu pagi, 9 Mei 2015
Karim, teman main anakku datang ke rumah. Sepintas aku tanyakan apa dia mengenal si ayam yang sedang mematuk-matuk sesuatu di halaman sebelah. Karim tidak mengenal ayam itu, namun beberapa saat kemudian aku dengar beberapa anak-anak tetangga sudah sibuk mengejar-ngejar si ayam di jalan depan rumah. Rupanya Karim memberitahu anak-anak itu tentang keberadaan si ayam dan mereka sepakat menjadikan ayam itu 'teman main' mereka yang baru (aka. dikejar-kejar, dipeluk-peluk, dilempar-lempar).
"Heiiiiii.. jangan dilempar-lempar ayamnya!!" Aku berteriak saat melihat anak-anak itu membentuk lingkaran dan saling melempar si ayam ke anak sebelahnya seperti sedang main lempar bola. Anak-anak itu terdiam sebentar, kemudian pindah tempat main, tidak di depan rumahku lagi. Aku menghela napas. Tampaknya umur ayam itu takkan lama. Ayam itu sangat jinak, dia tidak protes sedikitpun diperlakukan apapun oleh anak-anak itu.
Sabtu malam, 9 Mei 2015
Sama sekali tidak kusangka si ayam kembali ke rumahku malam itu. Anakku bercerita bahwa Irfan, anak tetangga depan rumah, telah mengklaim bahwa ayam itu adalah miliknya dan akan memberinya makanan dan kandang. Aku sih tidak ada masalah dengan itu, toh ayam itu pun bukan milik kami.
Tapi dia ada di atas kaca spion motor malam itu. Dan saat itulah dia resmi bernama Snow White.
|
Ayam dengan keseimbangan sempurna |
|
Kenapa dia suka berada di posisi yang sulit? |
Minggu pagi, 10 Mei 2015
Teteh-teteh ART sibuk menggosok motorku. Rupanya Snow White buang hajat lagi di atas body motor. Hmmm..
Senin pagi, 11 Mei 2015
Aku berangkat kerja dengan motor yang beraroma seperti truk ayam.
Senin malam, 11 Mei 2015
Snow White datang lagi malam itu. Mungkin dia tidak betah tinggal di kandang yang dibuatkan Irfan untuknya. Suamiku telah mendengar cerita tentang perlakuan anak-anak tetangga terhadap Snow White nan malang, dan tampaknya suamiku semakin menaruh simpati. Diambilnya tali rafia dan diikatnya kaki Snow White ke pohon belimbing di halaman depan rumah. Snow White berkotek-kotek (atau menciap-ciap) sebentar. Tadinya aku agak keberatan Snow White diikat, kasihan juga, tapi demi teringat motor yang bau, yah tak apa-apalah. Snow White akhirnya menemukan tempat nangkring yang nyaman dan berhenti berkotek-kotek (atau menciap-ciap).
|
Snow White nyaman di atas knalpot motor |
"Mustinya dia ditaruh di kandang," ucap suami. Wah, benar-benar serius dia menanggapi kehadiran Snow White.
"Pakai apa?" tanyaku.
"Coba aja Bunda
browsing. Kandang ayam harganya berapa kira-kira,"
Oh my God.. browsing harga kandang ayam?? This is getting a little too much.. "Ah.. belum tentu dia lama di sini, Yah. Pakai aja dulu keranjang cucian, dibalik. Kalau umurnya lama, baru deh pertimbangkan beli kandang ayam," Walaupun aku yang pertama kali melontarkan ide untuk memelihara Snow White, tapi ngga dulu deh kalau untuk beli kandang ayam sungguhan.
Suami mengangguk setuju.
Selasa malam, 12 Mei 2015
Keranjang cucian sudah siap di teras rumah, dibalik, menunggu calon penghuni. Tapi Snow White tak kunjung datang...
Juga malam-malam berikutnya...
Sabtu malam, 16 Mei 2015
"Tuh ayam ngga pernah datang lagi ya, Bun?" tanya suamiku.
Aku menggeleng, "Mungkin dia kabur," ucapku seadanya. Kabur ke mana? Dari mana? Entahlah. Keranjang cucian pun telah kembali menjalani peran aslinya sejak beberapa hari lalu. Namun tampaknya suamiku masih sulit melupakan Snow White.