Anak-anakku sangat suka membantu bundanya memasak.. anak-anak yang sholeh *feeling grateful :) Di hari-hari libur seperti Sabtu dan Minggu, ART di rumah dibebastugaskan dari urusan memasak. Aku yang akan menyempatkan diri memasak untuk keluarga, dan anak-anakku akan ikut riweuh di dapur.
Jika aku membuat telur dadar, mereka harus membantu mengocok telur. Ade Izzan akan bertanya, "Aa Faza tadi aduk telurnya berapa kali?" dan dia harus mengaduk dengan jumlah adukan yang sama. Jika aku membuat donat atau cireng, mereka akan berebut membantu menuangkan tepung dan mengaduk adonan.
Awalnya terus terang aku tidak suka dibantu oleh anak-anakku dalam hal memasak, atau dalam hal apapun. Bantuan mereka tidak meringkankan pekerjaan, malah menambah pekerjaan. Tepung terigu yang berceceran kemana-mana, adonan yang tumpah, aduuhh.. rasanya hati ini kesal membayangkan capainya harus membersihkan lantai juga setelah nanti selesai memasak. Karena dapurku sempit, anak-anak biasanya membantu mengaduk adonan di lantai ruang tengah yang lebih lega. Mereka akan tertawa-tawa senang mengaduk adonan, bermain pedang sendok dan pada akhirnya membuat adonan tercecer kemana-mana. Biasanya setelah itu aku akan memarahi mereka. Rasanya lebih baik mereka main sepeda di luar rumah dan membiarkan bundanya masak dengan tenang..
Tapi jika mereka sudah melihat tanda-tanda bundanya mau memasak, mereka keukeuh ingin membantu. Lama-kelamaan aku menyerah dan membiarkan mereka membantu. Mendengar mereka terus menerus merengek "mau bantu Buundaaa" lebih membuatku kesal. Akupun menyiapkan rencana agar kegiatan 'membantu Bunda' menjadi lebih menyenangkan, terutama untukku :)
Yang pertama harus dipersiapkan adalah mental. Aku harus mempersiapkan diri untuk menerima bahwa lantai dan wastafel akan menjadi lebih kotor - nah sebenarnya hanya ini sih yang paling bisa membuat aku kesal. Pekerjaan memasak juga akan jadi lebih lambat dengan adanya bantuan dari anak-anak.
Yang kedua, adalah memilihkan pekerjaan yang aman untuk mereka. Pastinya mereka belum siap bekerja dengan pisau, jadi no working with knife. Mereka juga tidak boleh dekat-dekat dengan kompor, takut kecipratan minyak panas.
Yang ketiga, memberikan pengertian pada kedua anak-anakku bahwa mereka boleh membantu bundanya dengan syarat, diawali dan diakhiri dengan kebersihan. Mereka harus cuci tangan dengan bersih terlebih dulu sebelum membantu Bunda. Saya juga menyediakan lap dan tissue bersih untuk mereka gunakan membersihkan lantai setelah mereka selesai. Tentunya menanamkan pengertian seperti ini membutuhkan waktu dan kesabaran, dan lantai juga tidak akan benar-benar bersih seperti sedia kala, namun setidaknya ini akan mengurangi bebanku. Yang paling penting adalah, memberikan pemahaman tanggung jawab sedari dini pada anak-anakku.
Yang keempat, bersikap adil pada kedua anakku. Faza memang sudah berusia 7 tahun dan Izzan baru berusia 5 tahun. Namun aku selalu berusaha membagi dua sama rata pekerjaan untuk Faza dan Izzan. Hanya jika Izzan tidak sanggup mengerjakannya, baru aku tawarkan pada Faza untuk membantu adiknya. Aku harap dengan cara ini Izzan tidak merasa dinomorduakan.
Mendengar mereka tertawa-tawa sambil mengaduk adonan membuatku tersenyum sendiri. Senang juga rasanya punya 'mom and kids moment' seperti ini. Sekarang aku bisa menikmati momen dibantu oleh anak-anak, malah kadang saat mereka menonton tivi dan aku menawarkan "mau bantu Bunda nggaaa?" mereka akan dengan bersemangatnya meninggalkan tivi dan menghampiriku. Terus terang ini membuatku terharu. Mudah-mudahan Aa dan Ade akan selalu senang membantu Bunda ya sampai besar nanti...
Aa Faza dan Ade Izzan rukun mengupas kacang bersama-sama (kacang yang sebenarnya tidak perlu dikupas..) |
Ayo semangat mengupas kentang! Kita mau bikin perkedel! |
Aa Faza dan Ade Izzan membuat mpekmpek kapal selam mini isi telur puyuh, bentuk suka-suka.. |