Menabung itu penting sekali,
tidak ada keraguan lagi.
Berapa kali ya, kami mengalami
kejadian-kejadian mendadak yang tidak mengenakkan, dan terselamatkan oleh
tabungan kami? Aku mengingat setidaknya ada dua kejadian besar: saat aku harus
dikuret di kehamilan pertamaku, dan satu lagi saat harus menutup biaya renovasi
rumah yang ditinggal kabur oleh pekerjanya.
Sebulan setelah kami menikah, aku
positif hamil. Sayangnya, kehamilanku tidak bisa dipertahankan. Kuret adalah
pilihan satu-satunya dan itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sebagai
pengantin baru, ada banyak hal yang perlu kami beli untuk menunjang kehidupan
baru kami, namun sungguh beruntung kami sempat menyisihkan sebagian dana dalam
bentuk tabungan. Kuret adalah sesuatu yang tidak terduga dan tentunya tidak
kami harapkan. Pernikahan kami sebagian besar dibiayai oleh uang kami sendiri
dan saat aku harus menjalani kuret, keluarga besar – berpikir bahwa kami sudah
habis-habisan untuk biaya pernikahan – tentu saja menawarkan bantuan. Namun
Alhamdulillah kami tidak perlu merepotkan mereka; walaupun setelah melunasi
biaya kuret, tabungan kami berada di saldo 0 rupiah.
Alhamdulillah, kami dikaruniai
anak di akhir tahun kedua pernikahan kami. Dua tahun kemudian, anak kedua kami
lahir. Seiring waktu, rumah dengan 2 kamar tidur dirasa tidak mencukupi
lagi. Permohonan top-up untuk renovasi rumah disetujui oleh bank. Setelah
mendapatkan pekerja yang dirasa cocok, renovasi pun dilakukan: tanah sisa di
samping rumah dibangun. Tapi ah, siapa sangka siapa nyana… para pekerja itu meninggalkan kami saat pembangunan baru selesai 80%, sementara biaya yang
disepakati sudah 100% dibayarkan. Meminta pertanggungjawaban mereka sudah tidak
mungkin, sedangkan pembangunan rumah harus diselesaikan. Saat itulah kami
berpaling pada Tabungan Haji dan deposito. Kami harus rela menunda keberangkatan
haji dan menguras deposito yang rencananya adalah untuk biaya masuk Sekolah Dasar
anak pertama kami.
Walau demikian, kami masih merasa bersyukur, bisa menyelesaikan pembangunan rumah tanpa harus meminjam dana ke bank lagi atau ke orang lain. Kembali, tabungan banyak tergerus. Selain DPLK, seluruh tabungan kami berada di posisi saldo 0 rupiah. DPLK pun akhirnya terkikis sebanyak 30% untuk menambah biaya masuk SDIT anak pertama kami. Tapi apakah kami kapok menabung? Tentu tidak! Malah kami semakin yakin bahwa menabung itu benar-benar penting, a live saver!
sumber gambar www.dream.co.id |
Walau demikian, kami masih merasa bersyukur, bisa menyelesaikan pembangunan rumah tanpa harus meminjam dana ke bank lagi atau ke orang lain. Kembali, tabungan banyak tergerus. Selain DPLK, seluruh tabungan kami berada di posisi saldo 0 rupiah. DPLK pun akhirnya terkikis sebanyak 30% untuk menambah biaya masuk SDIT anak pertama kami. Tapi apakah kami kapok menabung? Tentu tidak! Malah kami semakin yakin bahwa menabung itu benar-benar penting, a live saver!
Aku dan suami sama-sama bekerja.
Beruntung sekali, aku dan suamiku memiliki pandangan yang sama mengenai hal-hal keuangan. Kami saling terbuka
mengenai kondisi keuangan masing-masing. Kami juga sama-sama berprinsip better cash than credit. Jadi jika kami
tidak memiliki dana namun menginginkan sesuatu, kami harus mengerem keinginan
itu dan menabung dulu. Kredit yang pernah kami miliki hanyalah kredit motor –
dengan perhitungan yang sangat matang dari suami sehingga kami mengambil kredit
dengan perhitungan bunga yang paling kecil dengan tenor paling pendek – dan
cicilan KPR plus top-up rumah, yang masih kami bayarkan hingga kini.
Tentu saja, aku dan suami sudah
lama sekali mengenal tabungan, namun untuk bereksperimen dengan beragam jenis
tabungan, bisa dibilang aku selangkah lebih maju dibanding suami hehe.. Aku
menabung dalam bentuk deposito dan DPLK sejak sebelum menikah. Setelah memiliki
anak, akulah yang gencar membujuk suami untuk membuka asuransi pendidikan
berbentuk unit-link untuk putra-putra
kami. Kami juga membuka tabungan haji dengan perhitungan bahwa kami akan bisa
mulai mendaftar kursi haji di usia anak-anak SMP.
Walaupun aku dan suami bukanlah spender, apakah menabung mudah bagi
kami? Ternyata tidak selalu lho. Namun beberapa hal yang kami yakini:
- Pola pikir bahwa menabung itu penting harus tertanam, jika bisa sedari dini. Untuk kami, selain untuk pemenuhan beragam kebutuhan masa depan, tabungan juga penting ada untuk berjaga-jaga terhadap kejadian-kejadian tak terduga – pengalaman kami di atas sudah membuktikannya.
- Suami dan istri sebaiknya memiliki pandangan yang sama mengenai hal-hal keuangan, atau jika tidak, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan mencari jalan tengah bagi hal-hal keuangan keluarga, termasuk di dalamnya tentang menabung.
- Selalu belajar dari berbagai sumber. Ilmu selalu berkembang, begitu juga dengan ilmu perencanaan keuangan. Sekarang, kita dengan mudah mencari ilmu, bisa dari buku-buku keuangan, seminar-seminar dan cara yang mudah dan murah adalah lewat media online. Cermati.com adalah salah satu media pembelajaran perencanaan keuangan yang sangat mudah dimengerti.
www.cermati.com |
Berikut adalah beberapa tips agar bisa menabung ala kami:
- Buatlah catatan cash flow. Kami mencatat dengan terperinci semua pemasukan dan pengeluaran. Bahkan hanya setelah beberapa bulan saja, kami jadi bisa melihat pos-pos pengeluaran dan memetakan prioritas pengeluaran.
- Tentukan skala prioritas pengeluaran. Bagi kami, tabungan harus berada di peringkat pertama atau kedua. Ini adalah skala prioritas kami:
- Cicilan rumah, SPP sekolah anak, tagihan PAM+telepon, gas, ongkos kerja, gaji ART.
- Tabungan Haji, DPLK-ku, Asuransi Pendidikan Anak, Tabungan dan Asuransi Suami. Semua dibayar dengan sistem autodebet, jadi kami hanya perlu memastikan adanya dana yang mencukupi di rekening sumber. Tabungan-tabungan ini juga dibuat sedemikian rupa sehingga tidak bisa setiap saat diambil.
- Memisahkan tabungan cash di rekening lain selain rekening payroll. Ini HANYA berfungsi untuk menutup biaya tak terduga yang tidak bisa tertutupi oleh rekening payroll. Biaya tidak terduga biasanya juga bersifat mendadak, sehingga adanya tabungan lain yang bisa diambil setiap saat juga sangat penting. Cash is King.
- Sisa gaji bulanan ada di rekening payroll yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan keperluan sosial seperti belanja bulanan, arisan, jajan dan rekreasi, undangan dan uang duka.
- Alokasikan sebagian pendapatan ekstra tahunan (seperti THR dan bonus) untuk keperluan yang sifatnya tahunan juga, seperti pembayaran PBB dan perpanjangan SIM/KTP/STNK. Saat memungkinkan, kami juga mengalokasikannya untuk SPP anak, syukur-syukur untuk setahun sehingga tidak terlalu membebani anggaran gaji bulanan kami. Alokasi pendapatan ekstra tahunan ini kami tempatkan dalam tabungan cash di rekening lain selain rekening payroll.
- Ragamkan jenis tabungan. Ini tidak lepas dari prinsip 'menyimpan telur di beberapa keranjang yang berbeda'. Menurut para pakar keuangan, menyimpan uang (dianalogikan sebagai telur) di beberapa jenis tabungan (dianalogikan sebagai keranjang) berguna untuk menghindari kerugian jika salah satu 'keranjang' terjatuh, sehingga ridak semua 'telur' pecah. Namun, hal ini sebenarnya juga tidak telepas dari karakter kami yang pengambil resiko rendah, merasa nyaman dengan jenis tabungan konvensional beresiko rendah.
sumber gambar born2invest.com |
- Lupakan tabungan-tabungan itu. Walaupun kita sebenarnya selalu ingat di mana saja kita bisa mendapatkan uang ekstra, disiplinkan diri untuk tidak mengambil tabungan kecuali jika benar-benar perlu.