Taman Wisata Matahari adalah taman wisata keluarga yang ramah di kantong. Itu adalah kesimpulan yang kami dapat saat kami melewatkan satu hari liburan akhir tahun di sana. Lebih ramah lagi karena kami punya tiket masuk gratis yang kami dapat dari kakak ipar kami hihihi.... Lumayanlah tiket masuknya kan senilai Rp35.000,00 per orangnya. Karena keluarga kami terdiri dari lima orang, jadi kami berhemat Rp175.000,00. Ada Defai kecil yang usianya baru 1 tahun 9 bulan, tapi tingginya sudah di atas 80cm, jadi Defai kena biaya masuk.
Kami berangkat di hari Jumat tanggal 29 Desember 2017. Kami biasanya sih enggan ya jalan-jalan berwisata di hari Jumat. Rasanya waktunya pendek karena ada sholat Jumat. Tapi tampaknya banyak orang yang tidak sependapat dengan kami. Jalan tol tetap saja penuh.
Taman Wisata Matahari ada di Jalan Raya Puncak KM.77. Ke arah situ tuh ya, bukan jalan-jalan namanya kalau tidak pakai macet. Kami berangkat dari rumah jam 07.40. Cukup pagi kan ya, untuk berharap lancar jaya sampai ke tujuan. Ternyata eh ternyata, terjebak macet juga di jalan tol ke arah Ciawi sejak jam 08.19. Bersama-sama mobil-mobil lain yang rata-rata berpelat B, kami merayap pelan, sambil meyakinkan anak-anak yang mulai bete untuk tetap menikmati perjalanan.
Bekal-bekal mulai dibuka. Kantong-kantong snack disobek untuk menawar kejenuhan anak-anak. Beruntung Defai tertidur di sepanjang jalan tol. Di jam 08.32, rasa-rasanya kami mendengar sirine mobil patroli polisi berbunyi, seperti tanda-tanda dimulainya satu jalur. Duh, semoga saja satu jalur yang ke atas. Terus merayap, akhirnya kami sampai di pintu tol Gadog jam 08.43, dan dari sini mobil kami terlepas dari bottle neck kemacetan, dan melaju dalam satu jalur ke atas. Alhamdulillah.
Mungkin terakhir kalinya aku ke Taman Wisata Matahari adalah dua tahun yang lalu, saat aku mengantar Izzan perpisahan sekolah TK B-nya. Kami dulu naik bus besar dan seingatku, bus itu masuk ke Taman Wisata Matahari lewat jalan yang kecil sekali di sebelah kiri Jalan Raya Puncak, hanya muat satu kendaraan. Aku ingat dulu aku sempat merasa deg-degan, bagaimana kalau di tengah jalan kecil itu kami bertemu kendaraan lain dari arah berlawanan, pasti repot sekali. Salah satu harus mengalah dan mundur lumayan jauh.
Nah, saat kami sekeluarga ke Taman Wisata Matahari hari Jumat itu, aku agak ingat-ingat lupa jalan masuknya sebelah mana. Di Jalan Raya Cipayung, mobil kembali merayap oleh padatnya kendaraan di jalan. Aku terus menengok ke kiri, jangan sampai melewatkan jalan masuk ke Taman Wisata Matahari.
Hmmm... rasa-rasanya sebelah sini deh Yah, dan suamiku langsung berbelok ke suatu area yang tampaknya adalah lapangan parkir yang cukup luas. Tapi koq aku ragu ya. Tidak ada palang apa pun yang menunjukkan bahwa itu adalah area parkir resmi Taman Wisata Matahari. Tanya punya tanya, ternyata bisa juga lewat situ tapi kami harus berkendara lagi sekitar 30 menit, lewat jalan sempit. Kalau menelisik denah sih, sepertinya kami lewat Jalan Raya Cilember.
Hmmm... rasa-rasanya sebelah sini deh Yah, dan suamiku langsung berbelok ke suatu area yang tampaknya adalah lapangan parkir yang cukup luas. Tapi koq aku ragu ya. Tidak ada palang apa pun yang menunjukkan bahwa itu adalah area parkir resmi Taman Wisata Matahari. Tanya punya tanya, ternyata bisa juga lewat situ tapi kami harus berkendara lagi sekitar 30 menit, lewat jalan sempit. Kalau menelisik denah sih, sepertinya kami lewat Jalan Raya Cilember.
Denah Taman Wisata Matahari dari www.tamanwisatamatahari.co.id |
Jam 09.08. Akhirnya kami tiba juga di area parkir resmi Taman Wisata Matahari, yang tetap tidak kuingat sebagai tempat parkir bus wisata TK B-nya Izzan huehuehue.... Mungkin pembangunan yang dilakukan dalam waktu dua tahun telah mengubah wajah Taman Wisata Matahari, begitulah kupikir.
Setidaknya ini jelas adalah area parkir resmi Taman Wisata Matahari karena ada petugas parkir yang menanyakan tiket masuk. Tempat parkir itu sangat padat. Kami kebingungan mencari lapangan parkir dan berjalan pelan mengikuti arus. Beruntung ada tukang parkir yang mengarahkan kami ke satu-satunya space yang tersisa di dekat gerbang masuk. Itu pun hanya untuk mobil kecil saja. Nasib baik! Alhamdulillah.
Keluar dari area parkir, kami langsung tiba di danau dengan latar belakang Menara Pandang. Lihatkah anak-anakku yang sudah siap berenang dengan menenteng rompi pelampung? Di dalam tasnya ada juga papan pelampung lho. Tapiiii... ada cerita selanjutnya tentang acara berenang di Taman Wisata Matahari ini. Di blogpost Jalan-jalan ke Taman Wisata Matahari Bagian 2 yaaaaa :)
Siap bersenang-senang di Taman Wisata Matahari |
Saya jg dl pernah ke sini, lupa taun brp
ReplyDeleteSaya juga baru ke sini lagi setelah dua tahun :)
DeleteTerimakasih atas kunjungan dan ulasannya tentang Taman Wisata Matahari, semoga mbak Astrid dan keluarga kapan-kapan dapat berlibur lagi di Taman Matahari
ReplyDeleteboleh bawa bekel??
ReplyDelete