Menghadapi akhir tahun adalah saatnya menghitung-hitung sisa plafon asuransi (^_^)
Ya, alhamdulillah suamiku bekerja di perusahaan yang memiliki asuransi perlindungan kesehatan yang cukup baik dan mencakup suami-istri dengan tiga anak. Manfaat asuransi ini berakhir setiap tanggal 31 Desember, jadi sisa plafon yang ada lebih baik dimanfaatkan lah ya daripada terbuang sia-sia.
Aku sudah lama sounding ke suami bahwa aku ingin cek darah, suami ingin ke dokter kulit, dan anak-anak ingin kuperiksakan ke dokter gigi, untuk di-scaling. Jarang-jarang lho ada asuransi yang begini, karena perawatan gigi acapkali dianggap sebagai bagian dari perawatan estetika dan tidak termasuk kesehatan.
Apa sih scaling? Scaling adalah proses menghilangkan karang gigi. Karang gigi sendiri adalah plak gigi alias sisa-sisa makanan di sela-sela gigi yang tidak terbersihkan saat menyikat gigi atau flossing, yang lama-kelamaan menumpuk dan mengeras.
Ini adalah pengalaman scaling yang kedua untuk anak-anakku. Yang pertama? Di bulan Maret 2016. Aku sih inginnya mengikuti saran dokter ya, scaling enam bulan sekali. Kenapa sih musti nurut banget sama dokter? Eh, saran dokter itu ngga salah koq. Apalagi, gigi anak-anakku masih bagus, dan mereka belum punya pengalaman buruk dengan dokter gigi. Setelah scaling yang pertama saja, mereka nagih terus tuh, kapan scaling lagi. Dengan merutinkan scaling, gigi anak-anak akan terperiksa rutin, jadi sehat lebih lama dan mereka tidak akan pernah takut ke dokter gigi.
Jangan seperti aku yang ke dokter gigi saat ada sakit saja. Buat aku, bahkan sampai sekarang, ke dokter gigi tuh masih jadi peristiwa yang horor banget deh. Sudah mah sakit gigi, lalu harus mendengar "Ngiung... ngiungggg... ngiunggggg... " dari dalam ruang periksa... adududuh rasanya pengen kabur saja deh!
Jadi, rutin ke dokter gigi sedari dini, justru akan menghilangkan ketakutan akan dokter gigi itu sendiri. Menurutku, biaya satu kali scaling juga bisa jadi sama saja dengan biaya bolak-balik tambal gigi. Bisa jadi malah lebih murah lho. Apalagi kalau ke puskesmas.
Memang sikat gigi saja ngga cukup, sampai harus scaling? Hei, seapik apa pun kalian menyikat gigi dua kali sehari, apa kalian yakin semua sela-sela sudah terjangkau? Bagaimana kalau ditambah dengan perawatan menggunakan dental floss alias benang gigi, cukup dong? Nah, flossing memang bisa membantu membersihkan sisa plak yang tidak terjangkau oleh sikat gigi, tapi bagaimana kalau gigi kalian tidak suka berbaris teratur alias ada manis-manisnya alias pakai gingsul? Ini lebih berpotensi menyimpan plak gigi yang nantinya akan berubah jadi karang gigi.
Kalau sudah ada karang gigi, nanti gigi kalian jadi lebih mudah keropos. Sebelum itu, kalian akan mengalami ngilu-ngilu dari level 1 bahkan bisa sampai level 15. Kalian juga bisa jadi mengalami berdarah-darah saat menyikat gigi. Lalu kalau sudah lihat darah-darah gitu, jadi ilfil sikat gigi, lalu jadi tambah banyak deh karang giginya.
Aku tuh begini ini, gusiku suka berdarah saat menyikat gigi. Akibatnya, aku jadi hati-hati dan perlahan-lahan menyikat gigi, dan akibatnya plak gigi tetap ada setelah selesai sikat gigi. Gigiku juga terasa ngilu-ngilu bahkan saat berkumur dengan air dingin biasa. Air es? Jangan tanya. Aku anti air es, ya karena ngilunya itu ya ampuuunn... tidak tertahankan (>_<)
Jika sudah semakin banyak, karang gigi akan mendorong gusi sehingga gigi akan lebih terlihat, lebih jarang jaraknya satu sama lain, lalu gigi akan goyang dan tanggal karena kehilangan pegangan! Aduduh... jangan sampai yaaa (>_<)
Jadi, mencegah lebih baik dari mengobati, kalian sepakat kan? Rutin ke dokter gigi dan melakukan scaling enam bulan sekali adalah langkah terbaik untuk mengontrol kesehatan gigi kita.
Maka pada akhir Desember 2017 lalu, kami berlima berangkat ke Rumah Sakit Umum Hermina Bogor. Tentu saja setelah kami ceki-ceki, dan alhamdulillah sisa plafon masih cukup. Di rumah sakit ini, scaling rahang atas dan bawah berbiaya Rp700.000,00, di luar biaya dokter. Tadinya aku mau memeriksakan Faza dan Izzan di dokter gigi anak, tapi ternyata jadwal dokter gigi anak sedang penuh, dan anak usia 8 dan 10 tahun sudah bisa diperiksakan ke dokter gigi dewasa, jadi sekalian saja kami berempat di-scaling bersama-sama di satu dokter.
Proses scaling ini tidak bisa sembarang dilakukan. Setidaknya, aku dan suamiku diukur tensi dulu untuk mengetahui apakah tekanan darah kami normal untuk dapat menjalani scaling. Alhamdulillah tensi kami baik-baik saja. Anak-anak sih tidak diukur tensinya.
Faza tidak mengangkat tangan kiri sebagai penanda merasakan sakit, sama sekali |
Izzan sang pemberani |
Ayah yang tabah yaaa |
Memperkenalkan aktivitas pemeriksaan gigi kepada Defai |
Aku sudah meneguhkan hati. Tapi saat duduk di kursi periksa dan melihat peralatan dokter gigi, tetap saja aku berpikir, kenapa sih harus ada profesi dokter gigi? Kenapa ada profesi yang pekerjaannya ngutak-ngatik gigi orang? Kenapa juga gigi musti dikorek-korek? Sakit tau! Tanganku terus terkepal. Aku hanya menggeram dan mengerang, terus selama scaling berlangsung. Terus terang Faza-lah yang membuatku bertahan untuk tidak mengangkat tangan kiriku. Ya, kata dokter, angkat tangan kiri jika kami merasakan sakit yang amat sangat saat scaling dilakukan. Faza tidak mengangkat tangannya sama sekali. Masa aku kalah olehnya... padahal sihhh ...
But this too shall end... Akhirnya scaling berakhir juga. Kenapa ngga ada foto aku? Karena aku yang terakhir di-scaling dan baterai hapeku mati... hihihiks... (x_x) Suamiku juga ngga on the spot karena Defai rewel dan minta keluar ruangan... hummm...
Setelah scaling, masih terasa sedikit ngilu dan perih, dan saat berkumur ada sedikit darah karena karang gigi yang sudah terlalu lama menumpuk sampai ke dalam gusi. Lalu gigi kami diberi polish untuk menghapus noda atau tanda yang ditimbulkan oleh karang gigi tersebut. Dokter berkata bahwa sebaiknya jangan dulu makan atau minum makanan yang hangat atau panas setelah scaling, sebaiknya makan atau minum makanan dingin agar luka di sekitar gusi menutup.
Eniwei, hal terbaik yang kurasakan setelah melakukan scaling adalah, aku bisa menyikat gigi dengan lebih leluasa tanpa takut gusi berdarah, sehingga lebih terasa bersihnya. Rasa ngilu pada gigi yang dulu kurasa jika berkumur air dingin juga menghilang. Senangnyaaaa... \(^-^)/
Naahh... bagaimana teman-teman semuaaaa... Seru yaa pengalaman kami scaling ke dokter gigi? Apa kalian tertarik? Ayo jangan takut yaa... Ngga terlalu sakit koq. Scaling rutin enam bulan sekali, akan membantu menjaga kesehatan gigi kita (^_^)
Referensi : www.alodokter.com
Duh udah lama ga scaling, ngilu tp udahnya enak ya...
ReplyDeleteAyo Mbak, scaling lagi :)
DeleteHmm kapan ya terakhir ke dokter gigi :))
ReplyDeleteWkwkwkw... pasti giginya sehat banget yaaa ampe lupa kapan terakhir ke dokter gigi :)
Delete