Perempuan itu menjerit dari dapur dan berlari menuju ke suaminya sambil menunjuk-nunjuk ke arahku. Dia menarik-narik lengan suaminya. Manja sekali dia! Apa dia tidak tahu kalau suaminya capek sepulang bekerja?
Perempuan itu seperti tidak peduli dan terus merengek. Suaminya perlahan bangkit dan berjalan ke tempatku tadi berdiri. Dia terdiam sebentar, lalu berbalik menghadap istrinya. "Tidak ada apa-apa di sini," ucapnya lelah.
"Tadi ada di situ! Aku melihatnya! Tiba-tiba ada di sebelahku!" istrinya berkeras.
Tentu saja perempuan itu benar. Aku memang ada di situ tadi. Aku benci dia, maka aku suka mendekatinya. Tahukah kau, bahwa ketakutanmu dapat kucium? Ketakutanmu mengundangku. Tapi aku telah pergi bersembunyi ke sudut gelap. Memandangi kalian.
Anak lelaki kedua keluar dari kamarnya, terpancing oleh keributan orangtuanya. Dia lebih penakut dari ibunya, maka aku juga suka sesekali menggodanya. Tapi dia sering menangis. Penakut dan cengeng. Huh! Lama-lama aku bosan dengannya.
Anak lelaki pertama menengadahkan kepalanya dari televisi. Merasa terganggu. Dia pendiam, tapi tingkah lakunya sering tak terduga. Dinaikkannya volume tivi, lalu kembali menonton.
"Aku tidak mau kembali ke sana! Aku takut!" jerit perempuan itu.
"Huss, jangan berisik. Nanti adik bayi bangun!" ucap suaminya. "Kau sendiri bilang dia sulit tidur. Tidak ada apa-apa di sana. Tadi kan sudah kuperiksa,"
Aku melangkah perlahan dalam bayangan. Hmm.. adik bayi yang lucu. Anak perempuan satu-satunya dan jelas kesayangan sang ayah. Kadang saat semua sudah tidur, aku datang dan memandanginya diam-diam. Aku suka dia, manis sekali. Aku suka aroma tubuhnya. Kulitnya yang halus.
Tak terasa kakiku membawaku ke buaian adik bayi. Putri kecil itu ada di sana, terbaring. Aku memandangnya dari balik kelambu, terpesona. Kepalanya bergerak, lalu matanya membuka. Memandangku, lalu menjerit. Persis seperti jeritan ibunya.
Si ayah berlari secepat kilat. Matanya nyalang memandangku. Anak lelaki pertama menyodorkan sapu lidi kepadanya. Aku terpaku. Semuanya terjadi begitu cepat. Aku terhempas, kepalaku terlepas. Sebelum terpejam selamanya, mataku melihat perempuan itu memeluk putri kecil. Ah, aku semakin membencinya.
Tapi tahukah kau Perempuan, tubuhku masih bisa hidup bahkan setelah kepalaku ditebas oleh suamimu? Tubuhku terlempar ke sudut gelap, namun masih bisa berjalan. Akan kukabari anak-anakku, tentang dirimu. Tentang kalian semua!
***
#EmakBelajarNulis postingan#1
#flashfiction
Sumber foto dari www.pixabay.com
hmm.. sudut pandang menarik.. seorang eh seekor mahluk kecil.. kalau kepala ditebas masih idup.. itu kecoak ya mba scr ilmiah.
ReplyDeleteYa Mas Unggul betulll... :)
DeleteWuaaaaa aku udah serem duluan bacanya
ReplyDeleteKirain cerita horor. Aku memang penakut sih
Baca ulang, baru ngeh ini tentang phobia pada binatang kecil dirumah ya. Keren gaya berceritanya mbak
Hehe.. makasih Mbak Putu. Aku lagi belajar. N aku memang sebel banget ama makhluk satu ini :(
DeleteAku bacanya serius banget, dan baru sadar beberapa saat kemudian kalau ini peristiwa yang gak tragis amat ......... XD
ReplyDeleteEehh... tragis banget kali buat dianya dan keluarga (kecoa) yang ditinggalkan ;)
DeleteCunguk ini mah, kan kesel bacanya. Awalnya aku mengira jurig, ehh taunya cunguk. Gilaaaa keren ceritanya. Lope-lope deh.
ReplyDeleteAah.. makacih.. makacih :)
DeleteTadinya kukira cerita suami selingkuh dan slingkuhannya ada di rumah hahaha, ya ampun kepalaku kena berita2 timeline ttg gtu. Trus baru nyadar pas si anak laki bawa sapu lidi itu kalau yg di cerita binatang :D
ReplyDeleteWaa.. aku tak akan sanggup cerita ttg perselingkuhan ehehe
DeleteKeren! Saya br tau fakta menarik tentang kecoa ini
ReplyDeleteAku tau dong. Soalnya aku benci banget kecoa jd aku lumayan tau banyak wkwkwk
Delete