Senang yang mana, Bun? Rumah rapi dan anak anteng ... atau rumah yang berantakan karena mainan berserakan di mana-mana? Lelah menemani anak bermain dan berlarian di luar rumah, atau duduk santai di rumah menemani anak nonton TV seharian?
Aku suka kerapian dan kebersihan. Aku juga sukaaa sekali kalau anak anteng, jadi aku bisa mengerjakan banyak hal di rumah sampai beres. Maklum, aku adalah ibu rumah tangga tanpa ART, mengerjakan semuanya sendiri. Jadi kalau anak duduk tenang di pojokan, itu suatu hal yang sangat luar biasa menyenangkannya bagiku. Selepas lelah membersihkan rumah, aku juga ingin dong istirahat santai menonton acara favorit di depan TV. Anak? Ya ikut duduk tenang nonton bersama kita.
Hmmm ...
Tetapi, apakah duduk tenang saja, baik untuk anak kita?
Kita simak ini dulu yuk ...
Sebagai ibu yang melek informasi, kita pasti sudah sering mendengar tentang masa keemasan atau golden moment. Masa ini terentang di lima tahun pertama usia anak, adalah masa pesatnya pertumbuhan dan perkembangan motorik anak. Apa sih motorik itu? Motorik adalah semua jenis gerakan yang mungkin dapat dilakukan oleh semua anggota gerak tubuh. Perkembangan motorik itu sendiri adalah perkembangan kematangan dan pengendalian gerak tubuh.
\
Motorik sendiri terdiri dari dua jenis: Motorik kasar dan motorik halus.
Gerakan motorik kasar adalah gerakan yang melibatkan aktivitas otot kaki, tangan dan seluruh tubuh anak, sementara motorik halus mencakup pergerakan anggota tubuh tertentu seperti jari jemari dan pergelangan tangan.
Contoh gerakan motorik kasar adalah berlari, melompat, memanjat dan berdiri di atas satu kaki, juga berjungkir balik. Gerakan motorik halus contohnya adalah menggunting dan meronce, juga memasang kancing dan mengikat tali sepatu.
Ah, itu kan sudah biasa. Enggak perlu diajari, anak-anak sudah pasti bisa mengerjakan itu semua. Namanya juga anak-anak ...
Tapi benarkah demikian, Bun?
Jika anak duduk tenang sepanjang hari di rumah, kapan dia punya kesempatan untuk melompat dan memanjat? Jika rumah harus selalu rapi dan bersih, kapan dia diperbolehkan menggunting-gunting kertas dan membuat berantakan?
Lah, memang apa pentingnya sih melatih motorik kasar dan halus?
Wah, penting sekali lho, Bun!
Mengembangkan kemampuan motorik sangat diperlukan agar anak dapat tumbuh dan berkembang optimal sesuai usianya. Melatih kemampuan motorik berarti melatih ketangkasan, kekuatan, kelenturan dan koordinasi mata dan gerakan tangan dan kaki. Keterampilan ini berjalan beriringan dengan perkembangan kematangan syaraf dan otot. Saat anak belajar memanjat atau melompat, syaraf-syaraf otaknya mengoordinasikan otot-otot kaki dan tangan sehingga gerakan dapat dilakukan dengan baik. Kemudian otak akan menyimpan memori itu sehingga suatu saat nanti diperlukan, dapat dikeluarkan dan diulang kembali.
Motorik kasar juga sangat berpengaruh pada kesehatan anak. Tentu saja. Anak yang banyak bergerak, dalam batas wajar pastinya, adalah anak yang sehat fisik dan jiwanya.
Kegiatan motorik halus umumnya mementingkan fokus dan koordinasi mata dengan tangan dan jemari. Menggunting mengikuti garis mengharuskan anak untuk fokus memperhatikan garis dan tangan akan bergerak perlahan menggerakkan bilah gunting dengan hati-hati.
Seorang anak yang optimal perkembangan motorik kasar dan halus sesuai dengan usianya, insyaAllah akan dapat bergaul dengan baik dengan teman sebayanya. Dia tidak akan takut tertinggal karena fisik yang kurang kuat. Kemampuan motorik anak juga mampu mengembangkan imainasi anak, membuatnya dapat mengembangkan kemampuan panca indera sehingga kemampuan kognitifnya berkembang seiring sejalan.
Apalagi cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan motorik anak di masa keemasannya, selain dengan bermain. Ya! Bermain!
Seperti telah dijelaskan di atas, permainan yang menekankan pada fokus dan koordinasi mata dan jari serta pergelangan tangan adalah kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus. Meronce, menyusun bentuk dan menyamakan warna, bermain memasukkan donut warna-warni ke dalam pasak, bahkan memasukkan koin ke dalam celah celengan, semua ini adalah contoh permainan sederhana yang dapat mengasah kemampuan motorik halusnya.
Satu cara cerdas untuk melatih kemampuan motorik halus anak adalah dengan menyediakan Boromon cookies dari Monde. Lho? Kok pakai Boromon cookies?
Ya, makanya aku bilang ini adalah cara yang cerdas, karena selain kemampuan motorik yang meningkat, anak akan mendapatkan nutrisi yang baik dari kue ini.
Boromon cookies berbentuk bulat, dengan ukuran yang ideal untuk dijepit dan digenggam oleh jari-jari anak-anak. Bentuk unik ini juga dapat melatih kemampuan motorik lidah dan mulut bayi, membantu anak kita mengeksplorasi rasa, bentuk, tekstur dan kemampuan makan.
Terbuat dari tepung kentang, Boromon coookies bebas gluten sehingga aman dikonsumsi oleh anak-anak yang alergi gluten. Rasa manisnya berasal dari madu, dan nutrisinya diperkaya oleh minyak ikan.
Anakku suka sekali Boromon cookies. Di usianya yang menginjak 2 tahun 6 bulan, giginya tentu telah banyak tumbuh. Tetapi bahkan Boromon Cookies cocok untuk anak mulai dari usia 1 tahun, karena teksturnya yang lembut dan mudah lumer di mulut saat terkena air ludah, sehingga menjadikannya mudah dicerna.
Aku memberikan Boromon cookies kepada anakku dan lihat betapa senangnya dia! Dia tertawa saat butir-butir Boromon menggelinding dari jari-jarinya dan jatuh ke lantai. Apa kemudian aku marah? Hemm ... aku yang dulu yang sangat suka kerapian dan kebersihan mungkin akan marah. Tetapi aku yang sekarang, paham betapa pentingnya momen berharga ini. Aku yang mengajaknya bermain bersama Boromon cookies, membiarkannya melatih kemampuan motorik halusnya.
Lantai jadi kotor dong, Bun? Lantai kotor dapat disapu. Namun, masa-masa keemasan ini tidak akan terulang lagi. Kita harus berusaha memanfaatkannya sebaik mungkin. Terima kasih, Boromon cookies ... telah membantu aku menciptakan momen berharga dalam kehidupan aku dan anakku.
Saya termasuk kena korban gak melatih motorik halus anak sewaktu kecil. Sampai sekarang, Si Kakak, 8 tahun, belum terampil menggunakan gunting, yah karena dulu bukan saya sendiri yang mengawasi. Gak mau terulang ke anak kedua ini. Bismillah ..
ReplyDeleteAamiin ... semoga anak kedua lebih baik lagi ya Mbak. Aku juga lagi berjuang nih dengan anak ketiga :)
DeleteMungkin kalau ada rekor ibu paling sering ngepel lantai aku bakal jadi pemenangnya wkwk, karena punya dua batita yang suka main air. Belum kelar ngepel lantai dapur, kamar udah kotor lagi aja. Bener kata mba, biarin aja kotor, momen kebersamaan bareng si kecil dan masa emasnya enggak akan terulang lagi
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete