Mengolah Sampah Organik 2 - Ingin Punya Tanah? Bikin! -- Kalau di artikel sebelum ini, aku curhat tentang betapa kotornya halamanku, nah, sebenarnya ada satu lagi masalah yang dialami sedikit tanah kosong di depan rumahku ini.
Baca: Mengolah Sampah Organik1 - Awalnya dari Halaman
Jadi sekitar lima tahun yang lalu, kami melakukan renovasi rumah. Separuh hook berumput hijau dikorbankan. Satu pohon pepaya yang selalu berbuah lebat, dan satu pohon alpukat yang masih kecil di sudut belakang hook juga dikorbankan. Deretan pohon cabai merah di tanah dekat tembok rumah yang buahnya besar-besar, yang tumbuh begitu saja karena biji-bijinya sembarang kulempar, juga dikorbankan. Satu pohon mangga besar di tengah halaman samping yang kalau berbuah, buahnya besar-besar dan manis, ikut dikorbankan.
Separuh halaman samping itu dijadikan bangunan.
Tentu saja, untuk proses pembangunan itu, diperlukan lahan untuk menaruh bahan-bahan bangunan, mengaduk semen dan pasir, dan tetek bengek kegiatan pembangunan lainnya. Itu semua dilakukan di sisa separuh hook lainnya, di bagian yang lebih dekat ke pagar depan.
Apa kau tahu apa yang dilakukan oleh semen, pasir dan sisa-sisanya pada tanah yang subur? Pada dasarnya, semen adalah campuran batu kapur dan tanah liat. Untuk mencapai kekuatan atau untuk keperluan tertentu, semen dapat dicampur dengan bahan-bahan kimia lain.
Nah, batu kapur yang dicampur dengan air, akan menghasilkan energi panas, Semen yang diaduk di atas tanah halamanku itu, mematikan rumput hingga ke akarnya. Sisa adukan yang mengeras menjadi brankal.
Jadi kurasa, kami mengorbankan seluruh hook, karena yang tersisa dari pembangunan yang telah selesai adalah tanah yang keras, gersang dan sangat tidak subur.
Dan aku mungkin menderita post-power-syndrome. Salah sih ini istilahnya. Istilah yang tepat adalah, aku ngga bisa move on. Move on dari bayangan masa lalu, dari hijaunya sepetak kecil tanah yang kami punya. Aku juga jadi agak terobsesi, untuk mengulang masa kejayaan halaman samping ini. Melihat yang hijau-hijau itu meneduhkan mata.
Sayangnya, aku tidak lagi punya tanah yang dapat ditanami.
Jadi gimana, dong?
Beli tanah? Bisaaa sih. Ada kok dijual, satu kantongnya seharga Rp15.000,00 sudah lengkap pula, terdiri dari tanah, sekam, pupuk kandang dan kompos. Siap tanam, karena itu memang adalah media tanam.
Mau lebih simple lagi? Tinggal panggil tukang taman. Suka ada aja kok yang lewat depan rumah. Aku bahkan pernah mencegat seorang, dan memintanya untuk menaksir ongkos pengerjaan halaman rumah kami. Kena 750rb. Sudah sampai beres, dan bergaransi 1 bulan. Mudah, ngga pakai capek.
Tetapiii ... di mana tantangannya kalau tinggal bayar doang? *gaya deuh ...
Tantangannyaaa ... ada di ngeluarin uang dari dompet! Wkwkwk ... susaah banget!
Jadi gimana dong, kalau ingin punya tanah subur? Bikin dong!
Jiah, kayak yang gampang aja ya bikin tanah ...
Lho, memang gampang kok. Hanya dibutuhkan niat yang kuat, dan sedikit peralatan, juga ilmu.
Niat yang kuat dan peralatan, kedua hal itu tentunya berasal dari aku sendiri. Bagaimana dengan ilmunya?
Alhamdulillah, aku berjodoh melihat satu flyer melintas di salah satu grup WA :
Kompos dapat memulihkan dan meningkatkan kesuburan tanah. Jelas benar, karena kompos kaya akan unsur hara, terutama unsur Carbon dan Nitrogen.
Jadi, cocok dong nih, masalah ekses sampah daun dan keinginanku untuk memiliki tanah yang kembali subur? Aku tinggal bikin kompos, lalu voila ... halamanku akan kembali hijau royo-royo :)
Jadi, gimana caranya bikin kompos?
Baca: Mengolah Sampah Organik1 - Awalnya dari Halaman
Jadi sekitar lima tahun yang lalu, kami melakukan renovasi rumah. Separuh hook berumput hijau dikorbankan. Satu pohon pepaya yang selalu berbuah lebat, dan satu pohon alpukat yang masih kecil di sudut belakang hook juga dikorbankan. Deretan pohon cabai merah di tanah dekat tembok rumah yang buahnya besar-besar, yang tumbuh begitu saja karena biji-bijinya sembarang kulempar, juga dikorbankan. Satu pohon mangga besar di tengah halaman samping yang kalau berbuah, buahnya besar-besar dan manis, ikut dikorbankan.
Separuh halaman samping itu dijadikan bangunan.
Tentu saja, untuk proses pembangunan itu, diperlukan lahan untuk menaruh bahan-bahan bangunan, mengaduk semen dan pasir, dan tetek bengek kegiatan pembangunan lainnya. Itu semua dilakukan di sisa separuh hook lainnya, di bagian yang lebih dekat ke pagar depan.
Apa kau tahu apa yang dilakukan oleh semen, pasir dan sisa-sisanya pada tanah yang subur? Pada dasarnya, semen adalah campuran batu kapur dan tanah liat. Untuk mencapai kekuatan atau untuk keperluan tertentu, semen dapat dicampur dengan bahan-bahan kimia lain.
Nah, batu kapur yang dicampur dengan air, akan menghasilkan energi panas, Semen yang diaduk di atas tanah halamanku itu, mematikan rumput hingga ke akarnya. Sisa adukan yang mengeras menjadi brankal.
Jadi kurasa, kami mengorbankan seluruh hook, karena yang tersisa dari pembangunan yang telah selesai adalah tanah yang keras, gersang dan sangat tidak subur.
Tanah gersang di halaman rumahku |
Sayangnya, aku tidak lagi punya tanah yang dapat ditanami.
Jadi gimana, dong?
Beli tanah? Bisaaa sih. Ada kok dijual, satu kantongnya seharga Rp15.000,00 sudah lengkap pula, terdiri dari tanah, sekam, pupuk kandang dan kompos. Siap tanam, karena itu memang adalah media tanam.
Mau lebih simple lagi? Tinggal panggil tukang taman. Suka ada aja kok yang lewat depan rumah. Aku bahkan pernah mencegat seorang, dan memintanya untuk menaksir ongkos pengerjaan halaman rumah kami. Kena 750rb. Sudah sampai beres, dan bergaransi 1 bulan. Mudah, ngga pakai capek.
Tetapiii ... di mana tantangannya kalau tinggal bayar doang? *gaya deuh ...
Tantangannyaaa ... ada di ngeluarin uang dari dompet! Wkwkwk ... susaah banget!
Jadi gimana dong, kalau ingin punya tanah subur? Bikin dong!
Jiah, kayak yang gampang aja ya bikin tanah ...
Lho, memang gampang kok. Hanya dibutuhkan niat yang kuat, dan sedikit peralatan, juga ilmu.
Niat yang kuat dan peralatan, kedua hal itu tentunya berasal dari aku sendiri. Bagaimana dengan ilmunya?
Alhamdulillah, aku berjodoh melihat satu flyer melintas di salah satu grup WA :
Lihatlah daftar pengisi materinya: dosen Bioteknologi UM Bandung dan aktivis lingkungan dari berbagai negara. Wah, ini sih ngga main-main ya.
Para pengisi sudah keren, ditambah lagi dengan topik yang akan diberikan. Kok ya rasanya pas banget dengan kondisi yang kuhadapi.
Nah, materi pertama dari pelatihan online Mengolah Sampah Organik ini adalah membuat kompos. Kompos ini sendiri, menurut Mas Wikipedia, adalah hasil penguraian bahan-bahan organik yang dapat dipercepat oleh berbagai mikroba dalam kondisi hangat, lembap, baik secara aerobik maupun anaerobik.
Kompos dapat memulihkan dan meningkatkan kesuburan tanah. Jelas benar, karena kompos kaya akan unsur hara, terutama unsur Carbon dan Nitrogen.
Jadi, cocok dong nih, masalah ekses sampah daun dan keinginanku untuk memiliki tanah yang kembali subur? Aku tinggal bikin kompos, lalu voila ... halamanku akan kembali hijau royo-royo :)
Jadi, gimana caranya bikin kompos?
***Bersambung***
#TantanganJuliForsen_7
#610kata
No comments:
Post a Comment