6 Alat untuk Melakukan Composting di Rumah
Go Green, Back to Nature, Kembali ke Fitrahnya, adalah beberapa slogan yang kini sedang naik daun terkait pelestarian lingkungan.Kembali ke fitrahnya, berhubungan erat dengan memisah dan memilah sampah non-organik dari organik. Sampah non-organik masih bisa didaur ulang atau dialih-fungsikan ke kegunaan lain. Sampah organik dikembalikan ke fitrahnya, kembali ke tanah.
Sumber utama sampah organik masyarakat adalah sampah rumah tangga atau sampah dapur. Bisa dalam bentuk sampah sayur yang tidak terolah seperti kulit buah atau batang sayur, sisa makanan seperti sisa sayur dan nasi basi atau tulang belulang. Sampah organik juga bisa berasal dari potongan rumput, daun kering dan buah busuk di halaman.
Tanah adalah tempat tumbuh tumbuhan yang kemudian menjadi sumber pangan manusia dan hewan. Hewan ini kemudian sebagian juga menjadi sumber makanan manusia. Karena semua 'berasal' dari tanah, maka sungguh logis untuk 'mengembalikan' semua limbah tanaman dan hewan sisa konsumsi manusia, ke tanah lagi. Di dalam tanah, sampah-sampah organik ini akan berubah menjadi kompos yang menyuburkan tanah, dan pada akhirnya kembali menjadi tumbuhan atau bahan pangan bagi hewan yang akan dikonsumsi oleh manusia.
Baca : Mengolah Sampah Organik 1 - Awalnya dari Halaman
Baca : Mengolah Sampah Organik 2 - Ingin Punya Tanah? Bikin!
Composting adalah satu cara untuk mengubah sampah dapur non hewani atau sampah halaman menjadi kompos. Composting sederhana dapat dilakukan oleh semua orang di rumah masing-masing. Ada beberapa alat yang diperlukan untuk melakukan composting. Apa saja sih?
1. Compost Bag
Compost bag atau kantung kompos adalah salah satu jenis komposter, yaitu wadah yang dapat mengubah sampah organik non-hewani menjadi kompos. Kantung ini sebaiknya berukuran besar karena sampah organik baru akan terurai dan bisa dipanen sebagai kompos siap panen setelah kurang lebih 3 bulan.
Kebayang kan berapa banyak sampah dapur dan sampah halaman yang dihasilkan selama 3 bulan? Apalagi kalau anggota keluarga banyak dan Ibu rajin memasak hehehe.
Setelah panen pertama, panen berikutnya dapat dilakukan sebulan sekali.
Sampah organik non-hewani juga tidak begitu saja dimasukkan ke compost bag. Bagian paling bawah diisi oleh sekam atau daun kering untuk menyerap lindi atau cairan hasil pengomposan. Setelah itu dimasukkan sampah organik dan kemudian tanah untuk membantu proses pengomposan, begitu terus berulang-ulang.
Sampah dimasukkan lewat tutup bagian atas yang beritsleting, dan kompos siap panen diambil lewat bukaan di bawah yang direkatkan oleh velcro.
Baca : Mengolah Sampah Organik 3 - Kucing-kucing Nakal
Baca : Mengolah Sampah Organik 4 - 3M
2. Bokashi Bucket
Komposter ini sebenarnya hanyalah satu variasi lain dari beragam jenis komposter yang dijual di pasaran. Keunggulannya dibanding compost bag adalah, ia memiliki keran kecil di bagian bawahnya untuk mengeluarkan lindi. Di compost bag cairan ini diserap oleh sekam atau daun kering karena yang diharapkan memang kompos kering. Namun di Bokashi bucket, lindi juga dapat ditampung untuk dijadikan pupuk cair.
Bokashi Bucket bentuknya mungil dan penampilannya cantik, sehingga lebih pantas dipajang di taman depan rumah :)
3. Masker
Masker digunakan untuk melindungi hidung dari aroma yang tidak sedap. Sampah dalam komposter harus diaduk secara berkala agar cukup gembur dan mokroorgaisme pembusuk sampah mendapatkan cukup udara, juga agar seluruh bagian sampah teraduk rata dan kebagian jatah bakteri.
Nah, saat mengaduk sampah ini, pasti dong ada aroma yang menyeruak hehehe ... Sebagian orang tidak tahan dengan aroma ini, apalagi kalau sampahnya berasal dari sampah dapur. Nah, masker ini jadi solusi agar kita tetap nyaman membuat kompos.
4. Sarung tangan
Sarung tangan digunakan untuk melindungi tangan saat mengaduk sampah, juga memudahkan saat meraup sampah daun kering atau buah busuk. Jari-jari akan tetap bebas bergerak dan tidak akan ada kotoran yang terselip di sela kuku. Kita tahu bahwa sampah mengandung banyak kuman dan bakteri, dan tanah mungkin mengandung telur-telur cacing. Dengan mengenakan sarung tangan ini, kita akan leluasa mengolah sampah tanpa takut terserang penyakit.
5. Pacul, Sekop dan Garpu
Sekop digunakan untuk menyekop sekam, sampah atau tanah untuk dimasukkan ke dalam composter.
Garpu digunakan untuk menggaruk daun-daun kering dan mengumpulkannya di satu tempat.
Pacul ada yang dijual satuan atau sudah sepaket dengan garpu. Pacul berfungsi untuk menggali tanah yang akan digunakan untuk menimbun sampah organik. Biasanya tekstur tanah itu keras dan padat, sehingga dibutuhkan tenaga lebih kuat dan alat yang lebih kokoh. Pacul adalah alat yang lebih tepat digunakan untuk menggali tanah dibanding sekop.
Dengan panjang sekitar 30cm, pacul ini tidak terlalu berat sehingga tidak menyulitkan saat digunakan oleh kaum ibu. Pacul ini juga mudah dibersihkan dan cukup kecil sehingga tidak memakan tempat untuk disimpan di gudang.
6. Baskom
Baskom digunakan sebagai tempat penampungan sementara sampah dapur. Jadi selama kita membersihkan dan menyiangi sayur di dapur, gunakan baskom ini untuk menyimpan sisa sayur. Setelah semua proses memasak selesai, barulah semua sampah organik itu dibuang ke komposter. Jadi kita tidak perlu bolak-balik dari dapur ke komposter.Baskom yang digunakan sebenarnya bisa berukuran dan terbuat dari bahan apa saja. Tetapi baskom plastik ini cukup besar untuk menampung sampah dapur dalam satu hari dan mudah dibersihkan. Ingat agar tidak berlama-lama menyimpan sampah dapur secara terbuka, karena dapat mengundang lalat dan menimbulkan bau.
***
Yang sesungguhnya kita perlukan untuk melakukan composting di rumah adalah kesungguhan niat dan kosistensi.
Composting, mungkin tampaknya seperti merepotkan, tetapi hasil jangka panjangnya sungguh sepadan. Setelah melakukan composting di rumah, sampah yang kusetorkan ke tukang sampah jauh berkurang volumenya. Bayangkan jika semua orang melakukan composting di rumah. Tentu TPA (Tempat Pembuangan Akhir) tidak akan kepenuhan oleh sampah.
Baca : Mengolah Sampah Organik 5 - Kembalikan ke Tanah
Aku juga jadi selalu punya cadangan kompos untuk menyuburkan kembali tanah halaman. Tanaman dalam pot tumbuh lebih subur dan sehat.
Melakukan composting di rumah adalah salah satu usaha penyelamatan lingkungan yang bisa kita lakukan di lingkup terkecil yaitu keluarga. Sekecil apa pun usaha kita, ingatlah bahwa akan memberikan dampak positif bagi kelestarian lingkungan.
Photo credit: Tokopedia, Lazada, Shopee
No comments:
Post a Comment