Beberapa hari lalu, seorang teman menghubungiku via WA. Isi percakapannya bernada galau. Anaknya yang remaja batuk pilek. Dalam keadaan normal, ini tidak akan dianggap sebagai penyakit gawat. Dia akan membiarkan anaknya beristirahat sampai sembuh sendiri. Paling menyuruhnya makan dan minum lebih banyak. Tetapi keadaan saat ini bukan keadaan normal. Ini adalah masa pandemi Covid-19.
Covid-19, atau corona virus disease-2019 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona jenis baru yang penyebarannya dimulai dari Wuhan, Tiongkok, pada bulan Desember 2019.
Virus corona sebenarnya bukan 'barang baru'. Beberapa tipe virus ini telah lama diketahui menyebabkan penyakit saluran pernapasan seperti batuk pilek. Dua penyakit serius, Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) adalah dua contoh penyakit yang lebih dulu 'terkenal' yang disebabkan oleh virus corona.
Tetapi kenapa Covid-19 lebih mengerikan?
Karena infeksi Covid-19 dapat memberikan dampak yang lebih serius bahkan kematian, terutama bagi orang-orang yang memiliki penyakit bawaan seperti diabetes, gangguan jantung dan paru-paru. Covid-19 ini sangat mudah ditularkan dari satu orang ke orang lain. Maka dari itu, penyakit ini dengan cepat berkembang menjadi pendemi di seluruh dunia. Sampai detik ini, tercatat lebih dari 9,1 juta orang terpapar covid-19 dengan angka kematian lebih dari 474 ribu.
Di Indonesia sendiri, per 23 Juni 2020 telah terkonfirmasi lebih dari 46,8 ribu kasus Covid-19 dengan kematian merenggut 2500 jiwa.
Seperti disebutkan di atas, virus Covid-19 sangat mudah ditularkan. Virus ini menyebar melalui percikan dari hidung atau mulut orang yang membawa virus Covid-19. Virus ini juga dapat bertahan di permukaan benda-benda. Virus akan tetap bertahan hidup hingga 72 jam pada permukaan plastik dan stainless steel, kurang dari 4 jam pada permukaan tembaga dan kurang dari 24 jam pada permukaan karton. Jika tangan orang berkontak dengan permukaan benda yang dihinggapi virus Covid-19, lalu dia menyentuh mulit, mata atau hidung, virus dapat masuk ke dalam tubuhnya. Dia akan tertular.
Nah, apakah orang yang sudah tertular virus Covid-19 otomatis akan 'sakit'? Belum tentu. Jika daya tahan tubuhnya kuat, orang tersebut bisa saja tetap sehat tanpa menunjukkan gejala apa pun. Namun, hal ini bisa jadi malah membahayakan orang lain. Mengapa? Karena orang tersebut tidak tahu bahwa dirinya sudah terpapar virus, dan jika dia bersin atau batuk tanpa proteksi, maka dia berpotensi menularkan virus ini ke orang lain, yang mungkin saja rentan.
Jadi dua minggu yang lalu, anak temanku itu pergi ke toko buku. Aku tahu dia adalah book lover. Being a book lover myself, memang rasanya toko buku itu kan punya daya magnetik tersendiri. Dia seperti menarik-narik kita untuk mendatanginya. Masa pandemi membuat aku sedih banget, enggak bisa jalan-jalan ke toko buku. Saat perekonomian menggeliat kembali dan toko-toko mulai dibuka, aku masih ragu. Tetapi rupanya anak temanku itu tidak. Dan sekarang dia batuk pilek. Entah sekadar karena cuaca atau ....
Jadi kusarankan kepada temanku agar anaknya menjalani isolasi mandiri. Dia harus lebih menjaga asupan dengan makan makanan bergizi ditambah multivitamin jika perlu.
Baca juga: Microgreens sayuran imut bernutrisi tinggi.
Si Anak dan keluarga juga harus tetap optimis. Kesehatan mental sangat mendukung kesehatan fisik. Untuk lebih meyakinkannya tentang kondisi kesehatan anaknya, aku juga menyarankan agar si Anak menjalani rapid test. Meski si Anak menjalankan protokol kesehatan dengan baik seperti mengenakan masker, menggunakan hand sanitizer selama bepergian dan cuci tangan sepulang dari toko buku, bahkan langsung mengganti baju dan mandi, siapa dapat menjamin bahwa dia tidak terpapar Covid-19? Apalagi dia mulai menunjukkan gejala sakit.
Maka rapid test adalah langkah awal untuk mengonfirmasi terinfeksi atau tidaknya si Anak dengan Covid-19. Rapid test adalah metode skrining awal untuk mendeteksi antibodi IgG dan IgM yang dihasilkan tubuh untuk melawan virus Corona.
Temanku awalnya ragu. Maka aku anjurkan padanya untuk membaca info lengkap tentang rapid test di website halodoc.com. Halodoc yang merupakan perusahaan teknologi asal Indonesia, melayani telekonsultasi masalah kesehatan. Kita dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis, membeli obat, bahkan melakukan pemeriksaan laboratorium kapan saja dan di mana saja selama 24 jam setiap hari.
Di Halodoc, kita dapat mengetahui prosedur rapid test, rumah sakit mana yang mampu melakukannya hingga harga untuk setiap rumah sakit, yang disediakan lengkap dan jelas. Sudah enggak perlu lagi tuh, keliling-keliling buang waktu untuk mencari rumah sakit dan menunggu lama. Apalagi di masa pandemi ini, kita kan sangat dianjurkan untuk tidak keluar rumah untuk hal yang tidak terlalu mendesak.
Melalui Halodoc, temanku dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis, mendapatkan saran dan diagnosis. Jika setelah konsultasi, dokter di Halodoc menyarankan untuk ke rumah sakit, kita bisa klik 'Buat Janji' lalu tentukan hari dan jam yang cocok untuk berkunjung ke rumah sakit. Dengan cara ini, kita akan terhindar dari menunggu untuk antri lama di rumah sakit.
It was as easy and simple as one two three! Sesuai banget dengan pedoman Holodoc: Simplifying healthcare.
Di masa pendemi ini, kita harus saling mengingatkan. Tetap jalankan protokol kesehatan. Jangan keluar rumah kecuali sangat perlu. Pakai masker dan jaga jarak jika keluar rumah. Kepatuhan kita pada protokol kesehatan berarti keselamatan untuk diri sendiri dan orang lain.
Nah, kalau rekan dan kerabat terdekat kalian juga menunjukkan gejala-gejala yang mengarah pada Covid-19, jangan langsung panik ya! Jangan juga bersikap abai. Konsultasikan dengan dokter dan jika perlu, lakukan rapid test melalui Halodoc :)
Referensi:
https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa-for-public
https://www.worldometers.info/coronavirus/?