“Putri itu apa?” tanya Defai sambil meringis. Tangan kanannya mengusap-usap pipinya yang bengkak.
“Putri itu adalah anak perempuan raja dan ratu, yang memimpin suatu kerajaan.” Aku mengambil salah satu buku dongeng HC Andersen yang ada di atas meja samping tempat tidur. Aku menunjukkan halaman-halamannya. “Ini gambar putri dan dia tinggal di istana. Istananya baguuus sekali, tapi sayang, putrinya sakit gigi.”
“Seperti Defai!” seru anakku, lalu dia mengaduh pelan.
Aku menarik napas panjang. “Iya seperti Defai,” gumamku sedih.
Jujur saja, kondisi gigi Defai memang kurang baik. Hampir semua gigi serinya karies dan beberapa gerahamnya bolong. Anehnya, ini semua terjadi hanya di gigi bagian atas, sementara semua gigi bagian bawahnya bagus dan putih bersih.
Karies gigi atau gigi berlubang disebabkan setidaknya oleh empat faktor yaitu gigi, makanan, mikroorganisme bakteri dan waktu. Makanan yang tersisa di gigi akan diubah oleh bakteri selama waktu tertentu sehingga gigi menjadi berlubang.
Baca juga: Jangan Takut Scaling Gigi
Dari literiatur yang kubaca, karies yang dialami Defai kemungkinan besar dimulai sejak masa MPASI. Karbohidrat dalam MPASI mengandung gula yang kemudian dapat diubah menjadi asam oleh bakteri, sehingga menyebabkan kerusakan gigi.
Dulu saat gigi seri Defai mulai menghitam, aku dan suami pernah konsultasi ke dokter gigi anak dan beliau menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk menghindari kerusakan gigi yang lebih parah adalah dengan membuatnya rajin sikat gigi.
Aku mengeluhkan Defai yang sulit dan bahkan sering menangis keras saat diminta sikat gigi, lalu dokter ‘menyentil’ dengan pernyataan simple.
‘Jika anak menolak sikat gigi, apakah orang tua lantas menyerah begitu saja?’
Karena itulah yang aku lakukan selama ini. Aku menyerah. Padahal seperti semua hal dalam kehidupan, semua pasti sulit di awalnya. Tetapi tidak bisa tidak ya memang kita sebagai orang tua harus tekun, sabar dan berusaha terus menerus mengajarkan kebaikan kepada anak-anak kita.
Sejak mendapat ‘sentilan’ itulah, aku dan suami berusaha lebih keras membantu Defai sikat gigi. Aku juga menyikat gigi saat menyuruhnya menyikat gigi. Cara terbaik untuk membuat anak melakukan sesuatu adalah dengan memberi teladan yang baik, bukan?
Kami juga membelikannya berbagai sikat gigi kecil warna-warni berhadiah mainan-mainan lucu. Defai boleh memilih sendiri sikat gigi mana yang dia suka, juga pasta giginya. So what jika dia punya satu gelas khusus berisi beberapa sikat gigi yang hanya beberapa kali pakai lalu bosan? So what jika dia punya beberapa tabung pasta gigi yang baru sekali coba lalu minta ganti? Tidak masalah asalkan Defai mau terus sikat gigi!
Hasil tidak akan mengingkari usaha. Defai memang masih punya karies dan gigi berlubang, tetapi lambat laun mau menyikat gigi, lalu mengingatkan aku kalau dia belum sikat gigi dan kini dia sudah punya kebiasaan menyikat gigi!
Senangnya!
Jadi saat aku mendapati Defai bangun dengan pipi sebelah kanan lebih besar dari pipi sebelah kiri, aku langsung deg-degan. Duh, horor sekali rasanya membayangkan Defai sakit gigi. Bagaimana kalau dia kesakitan? Bagaimana kalau dia susah makan? Apakah dia harus ke dokter gigi? Bagaimana dia mau berlama-lama duduk dan membuka mulut di kursi periksa dokter gigi?
What to do?
Yang pertama aku lakukan adalah membuka gawai dan browsing tentang pertolongan pertama untuk mengatasi sakit gigi dan gusi bengkak. Aku mencari obat sakit gigi yang paling lembut, aman dan ramah anak. Link pertama mengarahkanku ke artikel halodoc.
It’s amazing yang betapa halodoc ini tampaknya memberi berbagai jawaban atas banyak pertanyaan seputar medis dan kesehatan. Situs web ini benar-benar memenuhi pernyataan tagline-nya: Solusi kesehatan terlengkap di Indonesia. Rasanya kita bisa cari tahu apa saja! Mulai dari artikel, info tentang obat dan vitamin, info tentang beragam penyakit, juga rumah sakit. Kita bahkan bisa chat dokter lho untuk konsultasi daring!
Dari artikel yang kubaca, ada beberapa cara mudah dan alami yang dapat diterapkan sebagai pertolongan pertama untuk mengatasi gusi bengkak dan sakit gigi. Menggunakan tetesan perasan air lemon, cuka apel atau teh tidak dapat diterapkan pada Defai. Yang pertama karena Defai tidak suka asam, aku tidak punya cuka apel dan teh rasanya pahit dan Defai tidak suka. Aku mencoba membujuknya untuk berkumur air garam dan meski Defai awalnya berkomentar ‘Airnya asin!’, dia mau melakukannya.
Tetapi berkumur garam kan tidak dapat dilakukan lama-lama. Pipinya masih bengkak dan aku beralih ke cara berikutnya yaitu memberinya kompres air es. Aku merendam washlap dengan air es lalu memeras dan menempelkannya ke pipi kanan Defai.
Anakku menyukainya! Dia suka sensasi dinginnya dan bersedia memeganginya. Saat dinginnya berkurang, aku akan merendamnya lagi di air es dan menempelkannya lagi di pipinya.
And it worked!
Setelah beberapa lama dikompres, mungkin sekitar 15-30 menit, pipi Defai yang bengkak mengempis dan dia dapat dengan lebih leluasa menggerak-gerakkan rahangnya. Aku berdiskusi lebih lanjut dengan suami untuk memutuskan apakah kami perlu membawanya ke dokter gigi.
Senang sekali rasanya saat di siang hari, Defai sudah menunjukkan wajah ceria minus pipi bengkak. Dia pun mau makan siang seperti biasa. Malam harinya, sebelum tidur dia menggosok gigi di depan wastafel.
“Nanti Bunda lanjutkan cerita putri tadi pagi, ya?” pinta Defai.
Aku mengerutkan kening “Cerita putri yang mana?”
“Putri yang sakit gigi!” seru Defai
“Owh, iya,” jawabku sambil tersenyum.
“Tapi sekarang putrinya sudah tidak sakit gigi lagi! Lihat!” Defai menunjuk pipinya. “Sudah tidak bengkak lagi!”
“Iya dong! Kan tadi sudah dikompres air es!” seruku sambil menjawil pipi chubby anakku. “Dan terima kasih halodoc untuk tips kerennya,” lanjutku dalam hati.
Sumber:
http://www.rskariadi.co.id/news/311/Karies-Gigi-Asi-dan-MPASI/News
Jadi saat aku mendapati Defai bangun dengan pipi sebelah kanan lebih besar dari pipi sebelah kiri, aku langsung deg-degan. Duh, horor sekali rasanya membayangkan Defai sakit gigi. Bagaimana kalau dia kesakitan? Bagaimana kalau dia susah makan? Apakah dia harus ke dokter gigi? Bagaimana dia mau berlama-lama duduk dan membuka mulut di kursi periksa dokter gigi?
What to do?
Yang pertama aku lakukan adalah membuka gawai dan browsing tentang pertolongan pertama untuk mengatasi sakit gigi dan gusi bengkak. Aku mencari obat sakit gigi yang paling lembut, aman dan ramah anak. Link pertama mengarahkanku ke artikel halodoc.
It’s amazing yang betapa halodoc ini tampaknya memberi berbagai jawaban atas banyak pertanyaan seputar medis dan kesehatan. Situs web ini benar-benar memenuhi pernyataan tagline-nya: Solusi kesehatan terlengkap di Indonesia. Rasanya kita bisa cari tahu apa saja! Mulai dari artikel, info tentang obat dan vitamin, info tentang beragam penyakit, juga rumah sakit. Kita bahkan bisa chat dokter lho untuk konsultasi daring!
Dari artikel yang kubaca, ada beberapa cara mudah dan alami yang dapat diterapkan sebagai pertolongan pertama untuk mengatasi gusi bengkak dan sakit gigi. Menggunakan tetesan perasan air lemon, cuka apel atau teh tidak dapat diterapkan pada Defai. Yang pertama karena Defai tidak suka asam, aku tidak punya cuka apel dan teh rasanya pahit dan Defai tidak suka. Aku mencoba membujuknya untuk berkumur air garam dan meski Defai awalnya berkomentar ‘Airnya asin!’, dia mau melakukannya.
Tetapi berkumur garam kan tidak dapat dilakukan lama-lama. Pipinya masih bengkak dan aku beralih ke cara berikutnya yaitu memberinya kompres air es. Aku merendam washlap dengan air es lalu memeras dan menempelkannya ke pipi kanan Defai.
Anakku menyukainya! Dia suka sensasi dinginnya dan bersedia memeganginya. Saat dinginnya berkurang, aku akan merendamnya lagi di air es dan menempelkannya lagi di pipinya.
And it worked!
Setelah beberapa lama dikompres, mungkin sekitar 15-30 menit, pipi Defai yang bengkak mengempis dan dia dapat dengan lebih leluasa menggerak-gerakkan rahangnya. Aku berdiskusi lebih lanjut dengan suami untuk memutuskan apakah kami perlu membawanya ke dokter gigi.
Senang sekali rasanya saat di siang hari, Defai sudah menunjukkan wajah ceria minus pipi bengkak. Dia pun mau makan siang seperti biasa. Malam harinya, sebelum tidur dia menggosok gigi di depan wastafel.
“Nanti Bunda lanjutkan cerita putri tadi pagi, ya?” pinta Defai.
Aku mengerutkan kening “Cerita putri yang mana?”
“Putri yang sakit gigi!” seru Defai
“Owh, iya,” jawabku sambil tersenyum.
“Tapi sekarang putrinya sudah tidak sakit gigi lagi! Lihat!” Defai menunjuk pipinya. “Sudah tidak bengkak lagi!”
“Iya dong! Kan tadi sudah dikompres air es!” seruku sambil menjawil pipi chubby anakku. “Dan terima kasih halodoc untuk tips kerennya,” lanjutku dalam hati.
Sumber:
http://www.rskariadi.co.id/news/311/Karies-Gigi-Asi-dan-MPASI/News
https://mccac.org/my-toddler-hates-brushing-teeth-what-to-do-about-it/
No comments:
Post a Comment