"Lama amat ngacanya? Ayo dong, anak-anak sudah siap."
Aku tersentak, berpaling dari cermin yang sejak tadi kutekuri. Suami berdiri di ambang pintu dengan ekspresi tak sabar. Aku cepat-cepat memulas pipi dengan bedak, mengenakan kerudung, lalu keluar kamar. Di ruang tamu, ada sebuah cermin besar tergantung di dinding. Sekali lagi aku berhenti sejenak, memeriksa wajahku.
"Bunda udah cantik, kok! Ayo dong, Bun! Nanti keburu macet!" Anak-anak bergantian berteriak. Aku tertawa lalu bergegas menyusul.
***