5 Tips Bisnis Melejit ala Elsa Maharani dan Kampung Jahit
1. Niat yang Lurus
Kalau ada yang bilang segala sesuatu dimulai dari niat, itu sungguh benar adanya. Niat adalah segala sesuatu yang mendasari perbuatan kita. Niat membantu kita tetap teguh berjuang saat aral melintang di jalan yang kita tempuh untuk mencapai tujuan.
Elsa Maharani, ibu dua anak asal Kampung Simpang Koto Tingga, Kelurahan Ambacang, Kecamatan Kuranji, Padang, Sumatera Barat ini berniat memberdayakan masyarakat ekonomi lemah di kampungnya.
Sejak dahulu kebanyakan penduduk Kampung Simpang Koto Tingga memiliki tingkat ekonomi menengah ke bawah. Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai kuli bangunan, asisten rumah tangga, petani, atau pemecah batu kali. Penghasilan mereka pas-pasan, malah diistilahkan sebagai petang-pagi, alias dapat duit petang, besok paginya sudah habis. Bukan hanya itu, pengguna narkoba pun ada banyak di kampung ini.
Prihatin melihat ini, muncul keinginan Elsa dan suaminya, Fajri Gufran Zainal untuk memajukan perekonomian kampungnya, terutama ibu-ibu yang tidak berpenghasilan. Atas dasar itulah Elsa membangun Kampung Jahit dan brand hijabnya sendiri yaitu Maharrani Hijab pada pertengahan 2019.
Maharrani Hijab memiliki moto “Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia.” (HR Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni). Artinya, kita hidup di dunia ini sebaiknya memberi manfaat bagi manusia lain, lebih baik lagi untuk masyarakat yang lebih luas.
2. Berani Bergerak
Sebelum Kampung Jahit dan Maharrani Hijab, Elsa Maharani dan suaminya sudah mulai membangun usaha di bidang fesyen sejak tahun 2016, dengan berjualan baju secara online. Jauh sebelum itu, Elsa sudah terlatih untuk berdikari secara ekonomi dengan mencari penghasilan tambahan sejak SMA.
Memang dibutuhkan mental baja untuk memulai usaha. Demi mewujudkan niat meningkatkan perekonomian kampung, di tahun 2019 Elsa dan suami mendirikan usaha yang dinamakan Kampung Jahit dengan modal sebesar 3 juta. Kenapa jahit? Itu karena Elsa melihat bahwa ada banyak warga kampungnya memiliki kemampuan dasar menjahit.
Apakah usahanya tersebut langsung berjalan mulus? Sebagaimana kebanyakan usaha lainnya, tentu saja tidak. Awalnya tidak ada yang mau bekerja di Kampung Jahit, karena saat itu Elsa belum bisa memberikan upah di atas standar Pulau Jawa. Namun, hal itu tidak menyurutkan tekad perempuan berwajah manis ini. Bisnisnya bukan sekadar bisnis tetapi suatu bentuk social-entrepreneur. Ada misi sosial yang diusungnya. Tentu saja Elsa tidak bisa begitu saja mudah menyerah.
Tim produksi juga merupakan tantangan tersendiri. Pola pikir sumber daya manusia yang berbeda-beda tingkat pendidikannya membuat Elsa sulit menyatukan mereka dalam satu komando. Namun, tekad kuat perempuan Minang ini akhirnya berhasil menanamkan mindset-nya sendiri, dan disetujui oleh semua. Mindset bahwa apa yang dikerjakan di Rumah Jahit dan Maharrani Hijab adalah demi kehidupan yang lebih baik di masa depan.
Jarang sekali ada usaha yang langsung meraih untung. Di masa-masa awal, Elsa juga berani rugi. Dari kualitas kain yang tidak bagus hingga penjahit yang belum terampil hingga menyebabkan kain rusak, semua itu tidak menyurutkan semangat Elsa untuk terus memperjuangkan niatnya membesarkan Maharrani Hijab.
3. Komitmen, Kunci Kerja Sama Paten
Sekali niat dibuat, jalanken dengan komitmen. Hihi … maksa banget rima-nya, ya:)
Konon, meraih prestasi itu mudah (kata yang sudah berhasil meraihnya, pastinya) tetapi mempertahankannya adalah bagian yang tersulit.
Mendapatkan ide usaha adalah suatu prestasi tersendiri. Bertahan dengan ide tersebut saat lingkungan kurang mendukung adalah hal lain lagi. Elsa konsisten memperjuangkan ide Kampung Jahit meski awalnya tidak ada yang mau bekerja bersamanya, sehingga pada tahun 2020 berhasil menghimpun 15 orang yang bekerja sebagai tim produksi dan 150 orang sebagai reseller dan agen. Di tahun 2023, dia berhasil mengembangkan Kampung Jahit hingga tim produksi bertumbuh menjadi 70 orang yaitu 20 karyawan dan 50 penjahit. Reseller dan agen kini ada di seluruh wilayah Indonesia, dari Aceh sampai Papua.
Elsa berkomitmen bukan hanya pada niatnya memberdayakan kampungnya tetapi juga pada praktik baik dalam menjalankan usahanya.
Sedari awal, Elsa berniat untuk memberdayakan kaum ekonomi lemah dari kampungnya, terutama pada ibu rumah tangga yang tidak berpenghasilan. 90 persen pekerja di Maharrani Hijab adalah ibu rumah tangga. Mereka berkerja menjahit dari rumah. Jadi mereka masih tetap bisa mengawasi anak, mengurus suami sekaligus bekerja menjahit dari rumah. Sungguh luar biasa.
Para penjahit Kampung Jahit. Sumber gambar: IG @maharrani.official. |
Para penjahit dibekali oleh kain yang sudah dipotong-potong, lalu dibawa ke rumah masing-masing untuk dijahit. Mereka kembali seminggu sekali untuk menyetor hasil jahitan. Upah ditentukan dari banyaknya hasil setoran. Konsep inilah sebenarnya yang menjadi ide awal nama Kampung Jahit, karena yang menjahit adalah sesama tetangga. Bagi yang tidak punya mesin jahit, Kampung Jahit meminjamkannya untuk dipakai di rumah.
Elsa juga memberikan pelayanan kesehatan yang memadai kepada para pekerjanya. Semua harus dalam keadaan sehat dan bugar saat bekerja. Pemeriksaan kesehatan dilakuan secara rutin mencakup pemeriksaan tekanan darah, kolesterol, gula darah, dan asam urat. Pekerja yang kurang sehat akan langsung dirujuk ke puskesmas. Di awal-awal berdirinya Kampung Jahit, pandemi melanda. Kampung Jahit ikut andil membantu para pekerjanya dengan memberikan bantuan sembako.
Layanan ini sungguh efektif untuk menumbuhkan komitmen para pekerja Kampung Jahit, juga membuat orang-orang yang tadinya tidak tertarik untuk bergabung akhirnya mau bekerja bersama Kampung Jahit.
4. Support System Anti Melempem
Di balik keberhasilan Elsa, ada sang suami Fajri Gufran Zainal yang mendukungnya sepenuh hati. Sebenarnya, saat terpantik keinginan untuk memajukan perekonomian Kampung Simpang Koto Tingga, sang suamilah yang mencetuskan ide Kampung Jahit.
Keluarga Elsa Maharani. Sumber gambar: IG @elsamaharrani. |
Elsa bahkan sebelumnya merasa ragu dengan ide tersebut. Dia tidak yakin bisa namun sang suami terus meyakinkan. Hingga kini pun Fajri dan kedua anak Elsa terus menjadi pendukung. Tidak mungkin tidak Kampung Jahit dan Maharrani Hijab bisa terus melebarkan sayap hingga ke pasar luar negeri tanpa dukungan penuh keluarga terdekat.
5. Inovasi Itu Harga Mati
Di masa kini yang serba cepat, usaha apa pun tidak akan bisa bertahan tanpa inovasi. Apalagi jika yang diharapkan adalah perkembangan usaha, maka inovasi adalah harga mati.
Inovasi yang dilakukan oleh Elsa adalah membuat beragam produk selain hijab atau kerudung. Kini Maharrani Hijab juga membuat gamis, mukena, sarimbit, baju dinas, baju koko, dan lain sebagainya. Melihat perluasan produknya, Elsa bermaksud untuk memecah brand-nya menjadi tiga brand yaitu Maharrani untuk perempuan dan keluarga, Hamka Indonesia untuk laki-laki dan brand khusus untuk remaja.
Sebagian dari produk Maharrani Hijab. Sumber gambar: IG @maharrani.official. |
Menurut Elsa, inovasi mutlak diperlukan dalam berbisnis. Untuk mengembangkan bisnis tidak boleh lelah belajar dan berinovasi karena usaha itu dinamis tidak pernah statis.
Berkat inovasinya, Maharrani kini bukan hanya berjaya di pasar lokal, tetapi juga sudah merambah pasar luar negeri. Maharrani sudah memiliki toko sendiri di salah satu mal di Malaysia, dan juga sudah memasarkan produknya hingga ke Singapura, Taiwan, Hongkong, dan Qatar.
Pengembangan Kampung Jahit dan Penghargaan
yang diperoleh oleh Maharrani Hijab.
Sumber gambar: IG @maharrani.official |
Itulah sekelumit pelajaran yang dapat dirangkum dari kisah inspiratif Elsa Maharani, peraih SATU Indonesia Awards 2020. Penghargaan bergengsi dari PT Astra International Tbk. ini diberikan kepada individu maupun kelompok generasi muda yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat di sekitarnya di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.
Meski Maharrani Hijab telah tumbuh besar kini dibanding dengan saat awal berdirinya di pertengahan tahun 2019, Elsa masih memiliki mimpi berikutnya untuk diwujudkan. Dia ingin membuka 1000 lapangan pekerjaan. Luar biasa, Elsa Maharani. Dia tidak takut untuk bermimpi dan yang lebih penting lagi, berani beraksi untuk mewujudkannya.
Elsa Maharani, sungguh patut menjadi panutan bagi generasi muda Indonesia.
***
#ElsaMaharani #KampungJahit #MaharraniHijab #Padang
#PemberdayaanIbuRumahTangga #SATUIndonesiaAwards2020 #KitaSATUIndonesia #Astra #AnugerahPewartaAstra2023
#SemangatUntukHariIniDanMasaDepanIndonesia
Daftar Pustaka:
https://www.satu-indonesia.com/satu/satuindonesiaawards/finalis/penjahit-asa-perempuan-dari-kota-padang/
diakses 4 Oktober 2023.
https://www.idntimes.com/life/inspiration/akromah-zonic-6/rangkul-asa-perempuan-di-padang-elsa-maharani-ciptakan-kampung-jahit-c1c2?page=all
diakses 4 Oktober 2023.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/06/15/05300071/kisah-elsa-perjuangkan-kampung-jahit-di-padang-modal-nekat-berbuah-omzet?page=3
diakses 4 Oktober 2023.
https://kumparan.com/fanni-dwi-abriyanti/kampung-jahit-menjahit-perekonomian-ibu-rumah-tangga-di-padang-212fbr8KMGv/full
diakses 4 Oktober 2023.
https://www.instagram.com/maharrani.official/?img_index=1
diakses 4 Oktober 2023.
https://www.instagram.com/elsamaharrani/
diakses 4 Oktober 2023.
Dan sumber lainnya.
No comments:
Post a Comment