Hantu Dengue
Demam berdarah dengue atau DBD bagai hantu menakutkan bagi
keluargaku. Tiga dari lima anggota keluargaku sudah pernah mengalami DBD. Pengalaman
pertama dengan DBD dialami Faza anak pertamaku, saat dia baru berusia sembilan
bulan. Patah hatiku dulu setiap kali mendengar dia menangis ngeri melihat
suster mendekat untuk mengambil darah dari ujung-ujung jari kecilnya.
Aku mendapatkan ‘kesempatan’ untuk merasai penyakit ini saat
baru melahirkan anak kedua. Demam tinggi, nyeri persendian dan sakit kepala hebat
tidak bisa hilang dengan obat warung. Sambil menggendong bayi Izzan, aku
diperiksa di IGD. Vonisnya … demam berdarah. Karena masih menyusui Izzan, aku
menawar untuk rawat jalan. Dokter mengizinkan dengan catatan aku harus mau
bolak balik setiap hari untuk mengetahui penurunan jumlah trombosit. Alhamdulillah
setiap sore aku ke dokter untuk cek darah dan di hari ketiga diberi tahu bahwa
trombo-ku sudah cenderung meningkat. Aku terbebas dari rawat inap.
DBD ketiga yang dialami keluargaku baru saja terjadi tahun lalu, oleh putri bungsuku Defai. Saat itu sedang ada wabah penyakit ini di Bogor. Hampir seluruh rumah sakit penuh dengan pasien DBD. Di gang rumahku saja, ada sekitar lima orang yang terjangkit. Entah Defai tertular dari temannya di sekolah atau di rumah.
Defai takut disuntik. Butuh effort besar untuk
membujuknya cek darah. Sudah barang tentu dia juga tidak mau dirawat inap. Saat
dijelaskan oleh dokter bahwa syarat diperbolehkan rawat jalan adalah harus mau
minum 2,5 liter air per hari dan makan yang cukup, serta harus mau bolak balik ke
RS untuk cek kadar trombo, dia mengangguk. Apa saja demi tidak rawat inap.
Syukurlah kami semua berhasil melalui semua pengalaman buruk
ini. Namun, bukan berarti DBD tidak akan pernah datang lagi. Penyakit ini bukan
seperti cacar air yang konon hanya menghinggapi penderitanya sekali saja seumur
hidup. Selama ada nyamuk aedes aegypti berkeliaran di sekitar kita, selama itu
juga hidup kita tak akan pernah lepas dari bahaya DBD.
Baca juga: Maharani, Sang Sahabat Petani Gaharu
Wabah Dengue selalu Mengancam
Nyatanya memang begitu. Hampir setiap tahun, wabah DBD terus
berulang. Menurut Dinkes Kota Bogor, jumlah kasus DBD pada tahun 2021-2023 di
Kota Bogor berturut-turut sebanyak 526, 1531, dan 1474 kasus dengan angka
kematian sebanyak 7, 9, dan 9 kasus.
Meski treatable, tetap saja DBD ini mengerikan. Saat
wabah melanda, sangat sulit menemukan bed kosong di rumah sakit. Belum
lagi saat trombo drop di bawah 100rb. Masuk ICU sudah tidak bisa ditawar lagi. Waktu,
tenaga, mental, dan uang terkuras untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan
gigitan satu vampir kecil belang hitam putih yang bernama nyamuk aedes aegypti.
Nyamuk Aedes Aegypti. Sumber: pixabay.com. |
Cara Mencegah DBD
Gerakan 3M Plus menjadi cara yang digaungkan oleh pemerintah
untuk mencegah penyebaran DBD. 3M Plus yaitu (1) menguras tempat penampungan
air (2) mengubur barang bekas bisa dijadikan sarang nyamuk dan (3) menutup
tempat penyimpanan air plus menghindari gigitan nyamuk, tidur dengan kelambu
dan menggunakan obat nyamuk.
3M berguna untuk lokasi-lokasi yang ditempati oleh manusia. Aksi ini tidak bisa dijalankan di tempat yang terbengkalai seperti rumah kosong.
Masih ingat obat nyamuk semprot? Ini dipakai saat aku masih
kecil. Kontainernya diisi cairan apa itu ya … lalu disemprotkan ke sekeliling
ruangan. Bagaimana jika terhidup? Ya risiko. Sama deh dengan obat semprot
nyamuk yang lebih modern kemasan tabung itu.
Obat nyamuk konvensional lain seperti obat nyamuk bakar rasanya
sudah ketinggalan zaman. Selain menimbulkan risiko kebakaran, asapnya juga
mengurangi kenyamanan.
Bagaimana dengan obat nyamuk elektrik? Ada resiko residu
kimia dan kita juga harus sering-sering mengganti mat-nya.
Raket nyamuk? Ini lebih memuaskan ha ha ha … tetapi entah
sudah berapa banyak raket yang teronggok di rumah. Mereka tidak pernah bisa
bertahan lama, paling lama usianya hanya bulanan saja. Setelah di-recharge
beberapa kali, jadi tidak sanggup lagi mematikan nyamuk.
Fogging kadang kala terasa tidak efektif. Asap
bergulung-gulung mencekik leher manusia, jemuran disingkirkan sementara, tetapi
semua asap itu hanya membunuh nyamuk dewasa. Telur, larvae dan jentik nyamuk
tidak terpengaruh oleh pengasapan. Fogging bahkan bisa membuat nyamuk tahan terhadap dosis
insektisida, seperti manusia yang jadi resisten terhadap dosis antibiotik.
Baca juga: Mangrove dan Qorry Oktaviani, Dua Sejoli Selamatkan Bumi
Inovasi Atasi DBD
Maka inovasi yang digagas oleh Andy Suryansyah dengan
mencipta alat anti nyamuk Falle menjadi sesuatu yang membawa angin segar bagi
upaya pencegahan DBD.
Pria ini menciptakan Falle saat masih menjadi mahasiswa Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya, jurusan Teknik Komputer. Keren sekali, ya? Idenya
muncul saat dia pulang kampung ke Kampung Dupak Rukun, Kecamatan Krembangan, Kota
Surabaya, Jawa Timur. Di sana dia mendapati suasana yang tidak seperti
biasanya. Sepi, tidak ada suara anak-anak bermain.
Usut punya usut ternyata anak-anak itu banyak yang terjangkit
DBD. Andy pun terpantik untuk membuat alat untuk mengusir nyamuk. Setelah alatnya
jadi dibagikannya kepada tetangga sekitar. Ternyata dia mendapat respons negatif.
Para tetangganya memprotes alat pengusir nyamuk yang akan
mengakibatkan nyamuk pindah ke tetangga sebelah.
Dipikir-pikir benar juga. Seperti kita yang melindungi diri
dari nyamuk, tetapi nyamuk itu sebenarnya tetap ada dan berpotensi mencelakai orang
lain.
Jadi yang lebih tepat dilakukan adalah memutus siklus hidup
nyamuk supaya tidak lagi hidup dan berkembang biak.
Andy memutuskan untuk mencari alat yang bisa mendatangkan
nyamuk lalu memberantasnya. Setelah mencari ide ke sana kemari, tidak juga
ditemukannya cara untuk mendatangkan nyamuk. Hingga suatu saat seorang teman
dari Jepang memberinya informasi tentang alat yang bisa mengundang nyamuk
datang.
Dari informasi itu juga lah, Andy tahu bahwa sumber
permasalahan nyamuk ini adalah nyamuk betina. Nyamuk betina lah yang menghisap darah
manusia untuk kebutuhan bertelurnya. Nyamuk betina juga akan mendatangi suara
nyamuk jantan. Maka Andy menciptakan alat yang bisa mengeluarkan suara nyamuk
jantan sehingga mengundang nyamuk betina datang, lalu kemudian membasminya.
Nyamuk juga suka mendatangi cahaya. Maka dilengkapinya alat
ciptaannya tersebut dengan lampu ultraviolet.
Falle
Maka terciptalah Falle, kotak pembasmi nyamuk yang bekerja
berdasarkan prinsip audiosonik dan ultraviolet. Saat Falle dinyalakan, lampu ultrasonik
di dalam kotan menyala dan menarik
perhatian nyamuk. Begitu pula dengan audiosonik yang memperdengarkan suara
nyamuk jantan yang akan mengundang nyamuk betina. Saat hinggap di Falle, kawat
kasa yang dialiri listrik akan membunuh nyamuk-nyamuk ini.
Falle instrumen pembasmi nyamuk. Sumber: techno.id |
Menurutku, alat seperti Falle ini sungguh inovatif dan tuntas menjalankan tugasnya. Dengan membunuh nyamuk betina tidak aka nada lagi telur, larvae, dan jentik, sehingga diharapkan tidak akan ada lagi pula the next generation of the nyamuk family. Sangat pantas karya ini mendapat apresiasi SATU Indonesia Awards di tahun 2013 untuk kategori Individu di bidang Teknologi sebagai Pahlawan Anti Nyamuk dari Jawa Timur.
Falle juga ramah lingkungan, dong. Tidak ada residu bahan
kimia yang akan dilepaskan ke udara sehingga tentunya lebih sehat. Falle juga
hemat energi.
Falle dihargai 300.000 rupiah per unitnya. Harga ini sepadan
dengan kualitas dan hasil yang didapat. Falle juga tahan lama dan tidak cepat
rusak. Terbukti setelah setahun, Falle di rumah Andy masih berfungsi dengan
baik. Dia hanya perlu mengganti lampu ultraviolet, sementara perangkat
audiosoniknya masih berfungsi dengan baik.
Falle memang baru bisa bekerja di ruangan seluas 4x4 meter. Hal
ini membuat Andy ingin mengembangkan Falle dengan kemampuan yang lebih besar.
Hadiah dari SATU Indonesia Awards digunakannya untuk tujuan ini dan untuk impian
lainnya yaitu membuat alat yang dapat mendatangkan ikan tuna. Andy ingin membantu
para nelayan mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.
Lanjutkanlah berkarya dan mencipta, Andy Suryansyah, demi Indonesia
yang lebih sehat dan sejahtera. Indonesia bebas DBD menjadi mungkin berkat
orang-orang sepertinya.
Sumber:
https://www.viva.co.id/edukasi/1645153-perangkat-nyamuk-andy-suryansyah-harapan-baru-cegah-demam-berdarah diakses 31 Oktober 2024.
https://kbr.id/berita/nasional/andi-suryansyah:-membasmi-nyamuk-dengan-cara- diakses 31 Oktober 2024.
https://www.techno.id/techpedia/pria-ini-punya-dendam-pribadi-dengan-nyamuk-lalu-ini-yang-ia-lakukan-1601071.html diakses 31 Oktober 2024.
No comments:
Post a Comment