Luthfia Fataty dan Pyo Jewelry: Menghias Generasi, Mengungkap Makna Keindahan Tradisi
Perhiasan
Perhiasan
bukanlah kebutuhan utama, tidak seperti pakaian yang memang digunakan sebagai
penutup tubuh. Meski begitu, perhiasan seringkali memegang peranan penting
dalam kehidupan sosial masyarakat.
Secara
tradisi, baik laki-laki maupun perempuan diperkenankan menggunakan perhiasan. Namun,
perempuan cenderung lebih menyukai perhiasan dibanding laki-laki karena
beberapa sebab. Pertama, perhiasan sering dianggap sebagai simbol kecantikan
dan status. Perhiasan juga menjadi cara untuk mengekspresikan gaya. Selain itu,
perhiasan sering kali mempunyai nilai sentimental, sebagai harta warisan hadiah
istimewa dari orang tersayang. Selain aspek estetik, perhiasan juga sangat bisa
meningkatkan keyakinan diri dan bisa memperbaiki penampilan.
Manusia
telah membuat perhiasan sejak zaman prasejarah. Bukti menunjukkan bahwa
perhiasan pertama kali dicipta sekitar 25,000 hingga 30,000 tahun yang lalu,
dengan penggunaan bahan-bahan seperti tulang dan gigi hewan, kulit kerang, dan
batu-batuan. Pada zaman purba, perhiasan bukan hanya berfungsi untuk
mempercantik diri, tetapi juga mempunyai makna simbolik dan ritual.
Seiring berjalannya waktu perhiasan semakin berkembang dan dibuat menggunakan
bahan yang kian beragam, seperti logam, permata, dan kaca, mencerminkan
kemajuan budaya dan teknologi di setiap zaman.
Perhiasan Tradisional
‘Tradisional’
berarti ‘menurut tradisi/adat’. Dengan demikian, ‘perhiasan tradisional’
berarti barang atau sesuatu benda yang dipakai untuk berhias diri atau
mempercantik diri menurut tradisi atau adat. Salah satu benda yang dipakai
untuk berhias diri adalah perhiasan. Perhiasan terdiri dari:
-
Perhiasan
kepala, yang dikenakan di rambut, dahi, dan telinga.
-
Perhiasan
badan, yang dikenakan di leher, tangan, dan pinggang.
-
Perhiasan
kaki, yang dikenakan di pergelangan kaki dan jari kaki.
Kepentingan Perhiasan bagi Budaya
Perhiasan
dan budaya tradisi memiliki hubungan yang erat. Dalam banyak budaya, perhiasan
bukan sekadar aksesori, tetapi juga melambangkan identitas, status sosial, dan
tradisi.
- Simbol Budaya: Banyak jenis perhiasan
mempunyai makna tertentu dalam konteks budaya, seperti perhiasan pengantin
yang melambangkan cinta dan komitmen.
- Ritual dan Upacara: Perhiasan sering digunakan
dalam upacara tradisional, seperti perkawinan, kelahiran, dan perayaan.
- Warisan dan Identitas: Perhiasan yang diwarisi dari
generasi ke generasi menjadi simbol warisan dan identitas keluarga atau
masyarakat.
- Keterampilan dan Seni: Pembuatan perhiasan sering
melibatkan kemahiran dan teknik tradisional yang mencerminkan seni dan
kreativitas budaya tersebut.
Secara
keseluruhan, perhiasan memainkan peranan penting dalam menjaga dan merayakan
warisan budaya dan tradisi masyarakat. Maka dari itu pelestarian perhiasan
menjadi bagian dari pelestarian budaya.
Bentuk
perhiasan di Indonesia sangat beragam karena Indonesia terdiri dari
pulau-pulau, bukit-bukit, dan gunung-gunung yang menyebabkan adanya beragam
etnis. Kedatangan agama-agama seperti Hindu, Budha dan Islam memberikan pengaruh
nyata pada perubahan jenis perhiasan yang digunakan. Muncul perhiasan-perhiasan
seperti gelang tangan, gelang kaki, perhiasan dada, dan hiasan kepala dibuat
dengan emas dan batu mulia. Perhiasan yang berguna untuk melengkapi busana juga
seringkali menjadi alat tukar/jual beli dan pusaka.
Perhiasan
tradisional di berbagai daerah di Indonesia yang masih dijumpai dipakai saat
ini, umumnya adalah perhiasan yang digunakan untuk upacara-upacara adat seperti
pernikahan, kematian, dan penyambutan tamu agung, bukan perhiasan yang bersifat
magis seperti di suku-suku primitif masa lalu.
Khususnya
di Sumatera Selatan, ada beberapa jenis perhiasan tradisional yang dikenakan
khusus untuk upacara pernikahan. Baik perempuan maupun laki-laki sama-sama
mengenakannya. Perhiasan tersebut terbuat dari emas dan batu permata.
Pengantin wanita
mengenakan hiasan semacam jamang (perhiasan yang dipasang di atas dahi yang
terbuat dari emas dan permata) yang disebut pesangko, bermotif daun-daun
kecil yang disusun bergantungan hingga sebagian menutup mata.
Di bagian
telinga dipasangkan sumping (perhiasan telinga yang berbentuk seperti sayap) dan
di kepala dipasangkan sisir emas kecil yang disebut suri.
Untuk
bagian dada, ada perhiasan kalung besar susun tiga yang berbentuk bulan sabit.
Hiasan
pelengkap yang digunakan adalah ikat pinggang yang disebut badong yang terbuat
dari suasa, perak dan tembaga yang dilapis emas. Di bagian luarnya dibubuhi
huruf arab yang diyakini membawa berkah dan keselamatan bagi pemakainya.
Pendok
adalah sarung keris yang terbuat dari emas, suasa atau perak dengan motif
bunga, dan terkadang dihiasi batu permata. Keris ini diselipkan pada bagian
pinggang sebelah kiri.
Perhiasan
pelengkap pengantin adalah kalung emas dengan liontin dengan batu permata,
peniti yang terbuat dari emas atau perak, gelang kepala/palak ulo dan gelang
sekol kepala nago.
Perhiasan-perhiasan
tradisional kebanyakan tidak dapat digunakan sembarangan dan bukan untuk
dipakai sehari-hari. Namun siapa sangka, seorang Luthfia Fataty bisa memadukan
tradisi dalam kehidupan masa kini dengan begitu apiknya?
Siapa Luthfia Fataty?
Luthfia Fataty adalah seorang perempuan yang berkarya melestarikan budaya Sumatera Selatan lewat kreasi perhiasan tradisional. Suatu langkah unik yang terbukti menarik banyak perhatian termasuk juri event SATU Indonesia, sehingga Luthfia berhasil menjadi peraih apresiasi SATU Indonesia Awards 2023 di kategori individu, bidang UMKM/kewirausahaan, dengan judul kegiatan Pelestarian Perhiasan Indonesia - Pyo Jewelry.
Luthfia Fataty. Sumber: karyakreatifindonesia.co.id. |
Luthfia berkarya melalui Pyo Jewelry yang dibangunnya pada tahun 2015. UMKM ini masih terus bertahan hingga kini, malah terus melebarkan sayap hingga ke manca negara.
Lewat Pyo
Jewelry, Luthfia memperkenalkan tradisi kepada kaum muda. Bagaimana bisa?
Karena berkat Luthfia, perhiasan yang dulunya dikenal hanya bisa dikenakan di
saat-saat khusus, misalnya untuk penganggon atau perhiasan pengantin, menjadi
sesuatu yang juga cantik digunakan di saat-saat kasual.
Pyo
Jewelry memiliki dua lini koleksi yaitu Heritage dan Contemporary.
Di lini Heritage, ada beberapa perhiasan yang memiliki kekhasan
tradisional yang begitu kuat.
Di lini Contemporary,
perhiasan-perhiasannya dibuat dengan sentuhan modern, meski tanpa meninggalkan
cita rasa klasik.
Koleksi perhiasan kontemporer Pyo Jewelry. Sumber: IG @pyo_jewelry. |
Pyo Jewelry menggunakan bahan baku tembaga, kuningan dan perak. Untuk bahan tembaga dan kuningan akan dilapis oleh emas, tetapi ada juga perhiasan yang terbuat dari emas murni. Sebagian besar perhiasannya, bertatahkan intan permata dan mutiara yang menambah kecantikan klasik asesoris ini. Semua perhiasan Pyo Jewelry dikerjakan oleh tangan-tangan pengrajin yang bekerja di halaman belakang rumah Luthfia.
Mengerjakan
perhiasan yang berakar dari nilai tradisi membuat Luthfia tidak bisa sembarangan.
Semua perhiasan itu memiliki pakem dan filosofi tersendiri. Maka sebelum
merancang desain, Luthia harus mempelajari dan memahami sejarah tentang
perhiasan tersebut terlebih dahulu.
Koleksi Heritage Pyo Jewelry. Sumber: IG @pyo_jewelry |
Pemahaman akan makna perhiasan ini menjadi salah satu kendala yang dihadapi oleh Luthfia. Ini karena di Sumatera Selatan sendiri, masih sangat sedikit tersedia data tentang perhiasan tradisional.
Penghargaan-penghargaan
Luthfia
Fataty menjadi penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2023 kategori individu
di bidang UMKM/Kewirausahaan dengan judul kegiatan Pelestarian Perhiasan
Indonesia – Pyo Jewelry dari Provinsi Sumater Selatan.
Luthfia
Fataty mendapatkan penghargaan The Prof Mahyuddin Awards 2024 dari
The Prof Mahyuddin Institute yang dipimpin oleh dr. Hj. Halipah Amin, SpTHT,
sebagai Terbaik III Kategori UMKM Inovatif.
Luthfia
Fataty, pendiri UMKM Pyo Jewelry, menggabungkan perhiasan tradisional dan
kontemporer untuk menghidupkan kembali nilai-nilai tradisi Sumatera Selatan. Dengan
kreativitas, dia berkarya menciptakan produk yang berkelanjutan. Melalui Pyo
Jewelry, Luthfia menghias generasi masa kini, sekaligus membangun jembatan
antara warisan budaya dan inovasi, menginspirasi setiap lapis masyarakat untuk
tetap menghargai akar tradisi sambil bergerak maju menuju masa depan.
Sumber:
Husni,
Muhammad dan Siregar, Tiarma Rita. Perhiasan Tradisional Indonesia. Direktorat
Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan Nasional,
2000.
https://dimensiindonesia.com/makna-dan-simbol-pakaian-adat-aesan-gede-sumatera-selatan/2/
diakses 15 Oktober 2024.
https://www.karyakreatifindonesia.co.id/umkm/pyo-jewelry diakses 15 Oktober 2024
Instagram https://instagram.com/pyo_jewelry
No comments:
Post a Comment