Wednesday, October 16, 2024

Luthfia Fataty dan Pyo Jewelry: Menghias Generasi, Mengungkap Makna Keindahan Tradisi


Luthfia Fataty dan Pyo Jewelry: Menghias Generasi, Mengungkap Makna Keindahan Tradisi

Perhiasan

Perhiasan bukanlah kebutuhan utama, tidak seperti pakaian yang memang digunakan sebagai penutup tubuh. Meski begitu, perhiasan seringkali memegang peranan penting dalam kehidupan sosial masyarakat.

Secara tradisi, baik laki-laki maupun perempuan diperkenankan menggunakan perhiasan. Namun, perempuan cenderung lebih menyukai perhiasan dibanding laki-laki karena beberapa sebab. Pertama, perhiasan sering dianggap sebagai simbol kecantikan dan status. Perhiasan juga menjadi cara untuk mengekspresikan gaya. Selain itu, perhiasan sering kali mempunyai nilai sentimental, sebagai harta warisan hadiah istimewa dari orang tersayang. Selain aspek estetik, perhiasan juga sangat bisa meningkatkan keyakinan diri dan bisa memperbaiki penampilan.

Manusia telah membuat perhiasan sejak zaman prasejarah. Bukti menunjukkan bahwa perhiasan pertama kali dicipta sekitar 25,000 hingga 30,000 tahun yang lalu, dengan penggunaan bahan-bahan seperti tulang dan gigi hewan, kulit kerang, dan batu-batuan. Pada zaman purba, perhiasan bukan hanya berfungsi untuk mempercantik diri, tetapi juga mempunyai makna simbolik dan ritual. Seiring berjalannya waktu perhiasan semakin berkembang dan dibuat menggunakan bahan yang kian beragam, seperti logam, permata, dan kaca, mencerminkan kemajuan budaya dan teknologi di setiap zaman.

Perhiasan Tradisional

‘Tradisional’ berarti ‘menurut tradisi/adat’. Dengan demikian, ‘perhiasan tradisional’ berarti barang atau sesuatu benda yang dipakai untuk berhias diri atau mempercantik diri menurut tradisi atau adat. Salah satu benda yang dipakai untuk berhias diri adalah perhiasan. Perhiasan terdiri dari:

-          Perhiasan kepala, yang dikenakan di rambut, dahi, dan telinga.

-          Perhiasan badan, yang dikenakan di leher, tangan, dan pinggang.

-          Perhiasan kaki, yang dikenakan di pergelangan kaki dan jari kaki.

Kepentingan Perhiasan bagi Budaya

Perhiasan dan budaya tradisi memiliki hubungan yang erat. Dalam banyak budaya, perhiasan bukan sekadar aksesori, tetapi juga melambangkan identitas, status sosial, dan tradisi.

  1. Simbol Budaya: Banyak jenis perhiasan mempunyai makna tertentu dalam konteks budaya, seperti perhiasan pengantin yang melambangkan cinta dan komitmen.
  2. Ritual dan Upacara: Perhiasan sering digunakan dalam upacara tradisional, seperti perkawinan, kelahiran, dan perayaan.
  3. Warisan dan Identitas: Perhiasan yang diwarisi dari generasi ke generasi menjadi simbol warisan dan identitas keluarga atau masyarakat.
  4. Keterampilan dan Seni: Pembuatan perhiasan sering melibatkan kemahiran dan teknik tradisional yang mencerminkan seni dan kreativitas budaya tersebut.

Secara keseluruhan, perhiasan memainkan peranan penting dalam menjaga dan merayakan warisan budaya dan tradisi masyarakat. Maka dari itu pelestarian perhiasan menjadi bagian dari pelestarian budaya.

Bentuk perhiasan di Indonesia sangat beragam karena Indonesia terdiri dari pulau-pulau, bukit-bukit, dan gunung-gunung yang menyebabkan adanya beragam etnis. Kedatangan agama-agama seperti Hindu, Budha dan Islam memberikan pengaruh nyata pada perubahan jenis perhiasan yang digunakan. Muncul perhiasan-perhiasan seperti gelang tangan, gelang kaki, perhiasan dada, dan hiasan kepala dibuat dengan emas dan batu mulia. Perhiasan yang berguna untuk melengkapi busana juga seringkali menjadi alat tukar/jual beli dan pusaka.

Perhiasan tradisional di berbagai daerah di Indonesia yang masih dijumpai dipakai saat ini, umumnya adalah perhiasan yang digunakan untuk upacara-upacara adat seperti pernikahan, kematian, dan penyambutan tamu agung, bukan perhiasan yang bersifat magis seperti di suku-suku primitif masa lalu.

Khususnya di Sumatera Selatan, ada beberapa jenis perhiasan tradisional yang dikenakan khusus untuk upacara pernikahan. Baik perempuan maupun laki-laki sama-sama mengenakannya. Perhiasan tersebut terbuat dari emas dan batu permata.

Pengantin wanita mengenakan hiasan semacam jamang (perhiasan yang dipasang di atas dahi yang terbuat dari emas dan permata) yang disebut pesangko, bermotif daun-daun kecil yang disusun bergantungan hingga sebagian menutup mata.

Di bagian telinga dipasangkan sumping (perhiasan telinga yang berbentuk seperti sayap) dan di kepala dipasangkan sisir emas kecil yang disebut suri.

Untuk bagian dada, ada perhiasan kalung besar susun tiga yang berbentuk bulan sabit.

Hiasan pelengkap yang digunakan adalah ikat pinggang yang disebut badong yang terbuat dari suasa, perak dan tembaga yang dilapis emas. Di bagian luarnya dibubuhi huruf arab yang diyakini membawa berkah dan keselamatan bagi pemakainya.

Pendok adalah sarung keris yang terbuat dari emas, suasa atau perak dengan motif bunga, dan terkadang dihiasi batu permata. Keris ini diselipkan pada bagian pinggang sebelah kiri.

Perhiasan pelengkap pengantin adalah kalung emas dengan liontin dengan batu permata, peniti yang terbuat dari emas atau perak, gelang kepala/palak ulo dan gelang sekol kepala nago.

Perhiasan-perhiasan tradisional kebanyakan tidak dapat digunakan sembarangan dan bukan untuk dipakai sehari-hari. Namun siapa sangka, seorang Luthfia Fataty bisa memadukan tradisi dalam kehidupan masa kini dengan begitu apiknya?

Siapa Luthfia Fataty?

Luthfia Fataty adalah seorang perempuan yang berkarya melestarikan budaya Sumatera Selatan lewat kreasi perhiasan tradisional. Suatu langkah unik yang terbukti menarik banyak perhatian termasuk juri event SATU Indonesia, sehingga Luthfia berhasil menjadi peraih apresiasi SATU Indonesia Awards 2023 di kategori individu, bidang UMKM/kewirausahaan, dengan judul kegiatan Pelestarian Perhiasan Indonesia - Pyo Jewelry.

Luthfia Fataty.
Sumber: karyakreatifindonesia.co.id.

Luthfia berkarya melalui Pyo Jewelry yang dibangunnya pada tahun 2015. UMKM ini masih terus bertahan hingga kini, malah terus melebarkan sayap hingga ke manca negara.

Lewat Pyo Jewelry, Luthfia memperkenalkan tradisi kepada kaum muda. Bagaimana bisa? Karena berkat Luthfia, perhiasan yang dulunya dikenal hanya bisa dikenakan di saat-saat khusus, misalnya untuk penganggon atau perhiasan pengantin, menjadi sesuatu yang juga cantik digunakan di saat-saat kasual.

Pyo Jewelry memiliki dua lini koleksi yaitu Heritage dan Contemporary. Di lini Heritage, ada beberapa perhiasan yang memiliki kekhasan tradisional yang begitu kuat.

Di lini Contemporary, perhiasan-perhiasannya dibuat dengan sentuhan modern, meski tanpa meninggalkan cita rasa klasik.

Koleksi perhiasan kontemporer Pyo Jewelry.
Sumber: IG @pyo_jewelry.

Pyo Jewelry menggunakan bahan baku tembaga, kuningan dan perak. Untuk bahan tembaga dan kuningan akan dilapis oleh emas, tetapi ada juga perhiasan yang terbuat dari emas murni. Sebagian besar perhiasannya, bertatahkan intan permata dan mutiara yang menambah kecantikan klasik asesoris ini. Semua perhiasan Pyo Jewelry dikerjakan oleh tangan-tangan pengrajin yang bekerja di halaman belakang rumah Luthfia.

Mengerjakan perhiasan yang berakar dari nilai tradisi membuat Luthfia tidak bisa sembarangan. Semua perhiasan itu memiliki pakem dan filosofi tersendiri. Maka sebelum merancang desain, Luthia harus mempelajari dan memahami sejarah tentang perhiasan tersebut terlebih dahulu.



Koleksi Heritage Pyo Jewelry.
Sumber: IG @pyo_jewelry

Pemahaman akan makna perhiasan ini menjadi salah satu kendala yang dihadapi oleh Luthfia. Ini karena di Sumatera Selatan sendiri, masih sangat sedikit tersedia data tentang perhiasan tradisional.

Penghargaan-penghargaan

Luthfia Fataty menjadi penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2023 kategori individu di bidang UMKM/Kewirausahaan dengan judul kegiatan Pelestarian Perhiasan Indonesia – Pyo Jewelry dari Provinsi Sumater Selatan.

Luthfia Fataty mendapatkan penghargaan The Prof Mahyuddin Awards 2024 dari The Prof Mahyuddin Institute yang dipimpin oleh dr. Hj. Halipah Amin, SpTHT, sebagai Terbaik III Kategori UMKM Inovatif.

Luthfia Fataty, pendiri UMKM Pyo Jewelry, menggabungkan perhiasan tradisional dan kontemporer untuk menghidupkan kembali nilai-nilai tradisi Sumatera Selatan. Dengan kreativitas, dia berkarya menciptakan produk yang berkelanjutan. Melalui Pyo Jewelry, Luthfia menghias generasi masa kini, sekaligus membangun jembatan antara warisan budaya dan inovasi, menginspirasi setiap lapis masyarakat untuk tetap menghargai akar tradisi sambil bergerak maju menuju masa depan.

Sumber:

Husni, Muhammad dan Siregar, Tiarma Rita. Perhiasan Tradisional Indonesia. Direktorat Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan Nasional, 2000.

https://dimensiindonesia.com/makna-dan-simbol-pakaian-adat-aesan-gede-sumatera-selatan/2/ diakses 15 Oktober 2024.

https://www.karyakreatifindonesia.co.id/umkm/pyo-jewelry diakses 15 Oktober 2024

Instagram https://instagram.com/pyo_jewelry

No comments:

Post a Comment