Tidak ada keberlanjutan tanpa kreativitas
Produk-produk seperti sepatu, tas, dan dompet akan bertambah
nilainya jika terbuat dari kulit. Itu karena kulit merupakan bahan yang kuat, nyaman,
klasik, dan bisa diterima oleh banyak kalangan.
Bahan kulit itu kuat karena tahan terhadap goresan dan
gesekan. Bahan kulit juga cenderung mengikuti bentuk kaki semakin lama kita
memakainya, sehingga kian nyaman saja rasanya. Perbaikan material dengan bahan
kulit juga relative lebih mudah dibanding bahan sintetis. Bahan kulit tidak
akan mengelupas, berbeda dengan bahan sintetis yang mudah rusak.
Terlebih jika kulit yang digunakan adalah kulit hewan eksotis
seperti buaya dan ular piton, itu akan melipatgandakan nilai produk hingga berkali-kali.
Kulit hewan-hewan ini memiliki pola yang sangat cantik dan tentu saja langka.
Sayangnya, ada masalah serius di balik pembuatan barang-barang berbahan kulit eksotis tersebut. Oliver Cailabet, penulis International Trade Center menemukan bahwa ada puluhan penangkaran ular piton di Asia Tenggara merupakan kedok saja. Hanya satu yang benar-benar menangkar alias memelihara piton untuk diambil kulitnya, sementara sisanya menangkap dari alam liar. Bayangkan betapa merusak habitatnya praktik seperti ini. Dan Indonesia juga tidak lepas dari masalah ini.
Dibutuhkan solusi alternatif yang berkelanjutan untuk bahan
kulit ini. Di sinilah kreativitas terbukti merupakan suatu kualitas unggul yang
hanya dimiliki oleh sejumlah manusia saja.
Nurman Farieka Ramdhany muncul dengan ide memanfaatkan kulit
kaki ayam sebagai alternatif bahan kulit pembuatan sepatu.
Sepatu Hirka. Sumber: IG @hirka.official |
Sungguh ide yang sangat … tidak biasa. Dan brilian.
Bukan saja karena kulit kaki atau ceker ayam ini adalah
bahan yang sangat berlimpah, tetapi juga karena keunikannya menjadikan produk berbahan
dasar kulit ayam ini menjadi sesuatu yang bernilai lebih.
Sesungguhnya, ide pemanfaatan kulit kaki ayam ini tidak
murni datang dari Nurman, tetapi didapatnya dari ayahnya. Nurman yang saat itu
drop out dari kuliah, memutar otak untuk bisa mencari penghasilan. Dia
menemukan jurnal penelitian ayahnya saat kuliah di Politeknik Akademi Teknik
Kulit Yogyakarta, tentang bahan-bahan kulit yang dapat dijadikan produk fesyen.
Asal mula ide inovatif Nurman. Sumber: IG @hirka.official. |
Nurman tertarik pada kulit ceker ayam dan memutuskan untuk mendalaminya untuk diterapkan pada produk sepatu. Maka dimulailah perjalanan panjang Nurman bergelut dengan kulit ceker ayam.
Baca juga: Randi Anoma: Kembalikan Kearifan Lokal yang Selamatkan Sidat
Tidak ada puncak tanpa pendakian
Sebelum mengenal kulit ceker ayam, Nurman sudah lebih dulu akrab
dengan kulit sapi, domba bahkan dia pernah bereksperimen dengan kulit tuna dan
hiu. Masalah hukum yang berkaitan dengan penyediaan bahan membuatnya membatalkan
niat mendalami produksi berbahan kulit makhluk-makhluk air itu.
Setelah bertemu dengan jurnal ayahnya, Nurman berpikir keras
tentang cara memanfaatkan kulit ceker ayam sebagai bahan produk sepatu. Dia yang
sering menghabiskan waktu di Cibaduyut, sentra kerajinan Bandung, belajar
kepada banyak orang.
Ceker ayam diambil kulitnya untuk dijadikan bahan sepatu. Sumber: IG @hirka.official. |
Dia mengajak Jaja, seorang ahli sepatu Cibaduyut dan Amat,
seorang pengolah kulit untuk mengembangkan produk sepatu berbahan kulit ceker
ayam. Setelah melakukan penelitian dan uji coba selama setahun, di tahun 2017
meluncurlah merek Hirka Shoes. Saat itu, merek ini juga didukung oleh lima
orang di bagian produksi dan empat orang di bagian pemasaran.
Kulit ceker ayam siap dijadikan sepatu. Sumber: IG @hirka.official. |
Tidak ada jalan mulus dan instan mencapai kesuksesan. Riset material hingga akhirnya produk siap dipasarkan memakan waktu empat tahun. Selam aitu, tentu ada saja keraguan-raguan yang sempat terbersit di hati Nurman, maupun keluarga dan kawan-kawannya. Apakah produknya akan diterima oleh pasar? Dipasarkan di mana dan bagaimana caranya? Namun, tekad Nurman untuk membesarkan Hirka memberinya keteguhan hati untuk tetap bekerja keras mewujudkan cita-cita.
Sepatu kulit ceker ayam mulai beredar dari mulut ke mulut. Nurman
kemudian membawa merek kreasinya ini ke INACRAFT. Di sinilah bintangnya mulai
bersinar. Sepatunya dilirik oleh banyak pihak karena dinilai unik dan ramah
lingkungan. Selain dari desainnya yang eksklusif, memang Hirka Shoes mencoba
menonjolkan nilai keberpihakannya pada reptile liar eksotis yang selama ini
menjadi korban demi kemewahan dan kenyamanan produk fesyen.
Baca juga: Yoga Andhika dan Laskar Pencerah, Mengawal Masa Depan Cerah Remaja Tosari
Tidak ada kerja keras yang sia-sia
Nurman di INACRAFT. Sumber: IG @hirka.official. |
Selepas INACRAFT, pemesanan Hirca Shoes meningkat dua kali lipat, dari yang sebelumnya 100 pasang per bulan meningkat menjadi 200 pasang per bulan. Pasar pun meluas, bukan hanya di Bandung, Jawa Barat, tetapi sudah merambah pulau-pulau lain di Indonesia bahkan hingga ke negara-negara seperti Malaysia, Brasil, Prancis, Hongkong, dan Singapura.
Inovasi Nurman dengan sepatu kulit ceker ayamnya berhasil
memberinya apresiasi SATU
Indonesia Awards 2019 di kategori Individu, bidang Kewirausahaan sebagai Penyulam Sepatu Kulit Ayam dari Jawa Barat.
Nurman menerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2019. Sumber: IG @hirka.official. |
SATU Indonesia Awards atau Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards merupakan wujud apresiasi PT Astra International Tbk. untuk generasi muda, baik individu maupun kelompok, yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat sekitarnya di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.
Kini Nurman disibukkan dengan produksi sepatunya yang tiada
henti. Meski demikian, dia masih ingin mengembangkan sayap lebih lebar. Nurman bersiap
untuk merambah produk lain seperti dompet, tempat STNK, dan gantungan kunci masih
dengan bahan dasar kulit ceker ayam.
Nurman juga memiliki target berikutnya yaitu membawa Hirka
Shoes menjadi produk bermerek mewah sekelas Gucci atau Louis Vuitton. Berkaca
pada etos kerja yang dimilikinya--inovatif, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah--bukan
tak mungkin hal ini akan terwujud.
Sumber:
https://www.instagram.com/nurmanfarieka/ diakses 8 November 2024.
https://www.instagram.com/hirka.official/
diakses 8 November 2024.
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/10/16/dari-kulit-ceker-ayam-ke-kesuksesan-perjalanan-nurman-farieka-ramdhany#google_vignette diakses 8 November 2024.
https://gopos.id/nurman-farieka-ramdhany-yang-menyulap-kulit-ceker-ayam-menjadi-sepatu/ diakses 8 November 2024.
No comments:
Post a Comment