Wednesday, November 6, 2024

Randi Anoma: Kembalikan Kearifan Lokal yang Selamatkan Sidat

 


Apa Itu Ikan Sidat?

Ikan sidat.
Sumber: bengkulu.antaranews.com

Kenal ikan sidat? Tidak? Sama dengan aku, dong. Padahal ikan ini sangat terkenal lo, di Taiwan, Korea dan Jepang. Bahkan sebenarnya, Indonesia menjadi salah satu negara pengekspor besar ikan sidat ke negara-negara Asia Timur itu.

Di tempat asalnya Naruto, ikan ini diolah menjadi unagi yang harganya mahal. Tahu unagi? Itu adalah makanan khas Jepang dengan bahan baku sidat tawar, dimasak biasanya dengan cara dipanggang di atas arang dan diolesi bumbu manis gurih.


Unagi.
Sumber: wikipedia.com

Nah, kalau di Jepang ada makanan khas berbahan dasar unagi, bagaimana dengan di Indonesia? Ternyata ada juga kuliner tradisional berbahan ikan sidat yaitu kicik (masak manis pedas) sidat dari Yogyakarta, pepes-sambal oling dan ungkep oling gulung kuming dari daerah Tegaldlimo, Banyuwangi, Jawa Timur. Di Banyuwangi, sidat memang memiliki panggilan khas yaitu oling.

Ikan sidat adalah ikan berbentuk mirip belut. Yang membedakannya adalah ada sirip di kiri kanan dekat kepalanya, seperti telinga saja. Saat berenang, gerakannya kurang lincah. Hal lain yang membedakan sidat dari belut adalah jika belut suka hidup di lumpur, maka sidat hidup di air yang jernih.

Indonesia memiliki 7 spesies ikan sidat dari 18 spesies yang ada di dunia yaitu Anguilla bicolor, Anguilla bicollor pacifica, Anguilla borneensis, Anguilla marmorata, Anguilla celebensensis, Angilla megastoma, dan Anguilla interioris. Populasinya tersebar di pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Ukuran sidat dewasa yang pernah ditangkap adalah 200 cm dengan bobot 27 kilogram. Besar sekali, bukan?

Baca juga: Yoga Andhika dan Laskar Pencerah, Mengawal Masa Depan Cerah remaja Tosari.

Nilai Gizi Ikan Sidat

Kenapa ikan sidat sangat digemari di manca negara? Ternyata tidak lain dan tidak bukan karena cita rasa dan kandungan gizinya yang luar biasa.

Sidat memiliki rasa yang kaya, manis, gurih, dan sedikit kenyal. Tekstur dagingnya berpori yang membuatnya mudah menyerap saus bumbu.

Bagaimana dengan nilai gizinya? Menurut situs halodoc.com, ikan sidat memiliki setidaknya enam manfaat bagi kesehatan yaitu:

-          Meningkatkan kecerdasan

-          Menjaga kesehatan mata

-          Mengurangi risiko kanker

-          Mencegah diabetes

-          Mempercepat penyembuhan luka

-          Mencegah penyakit jantung

Nutrisi yang terkandung dalam ikan sidat mencakup vitamin B1, vitamin B2, vitamin A, vitamin C, zinc, protein, karbohidrat, omega-3 dan kalsium.

Baca juga: Andy Suryansyah, bersama Falle Berantas Nyamuk Sehatkan Masyarakat

Perlindungan Ikan Sidat

Tingginya nilai ikan sidat membuatnya menjadi incaran banyak pihak. Eksploitasi yang berlebihan dan tidak terawatnya ekosistem laut menjadi beberapa sebab menipisnya komoditas ikan sidat. Ikan ini kini sudah masuk ke kategori langka yang keberadaannya dilindungi. Sidat masuk ke daftar Apendiks II Konvensi Perdagangan Internasional Tumbuhan dan Satwa Liar Spesies Terancam (CITES).

Di Indonesia yang merupakan tempat populasi terbesar ikan sidat terbesar dunia, sidat berstatus ikan dengan perindungan terbatas berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 80 Tahun 2020. Menurut situs maritimnews.id, data FishStat (2019) menunjukkan produksi sidat nasional dari 2012-2016 turun sebesar 18,24 %, dari 2.736 ton menjadi 1.063 ton.

Saat masih menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengungkapkan bahwa sebab lain kelangkaan sidat adalah perburuan glass eel (benih sidat) dengan kedok budidaya tetapi justru malah diekspor ke luar negeri. Padahal sudah ada KepMen KKP Nomor 19/KEPMEN-KP/2012 yang menyatakan bahwa setiap orang perorangan atau korporasi dilarang mengeluarkan benih sidat (Anguilla spp) dengan ukuran kurang dari atau sama dengan 150 (serratus lima puluh) gram per ekor  dari wilayah Negara Republik Indonesia ke luar wilayah Negara Republik Indonesia. Penyelundupan tak bertanggung jawab inilah yang menimbulkan ancaman kepunahan sidat.

Penangkapan Ikan Sidat Tidak Ramah Lingkungan

Selain ancaman skala besar terhadap sidat yang dijabarkan di atas, masyarakat lokal juga menimbulkan ancaman tersendiri bagi sidat.

Di sungai-sungai Bengkulu, kebanyakan nelayan menangkap ikan sidat dengan cara menyetrum. Ikan-ikan sidat yang mati mencakup ikan-ikan yang masih berukuran kecil. Malahan, setrum ini juga mematikan ikan-ikan lainnya.

Padahal, ikan sidat yang mati bernilai lebih kecil dibanding ikan sidat hidup. Ikan sidat mati dihargai 20 ribu per kilogram, sementara ikan sidat hidup dihargai 45 ribu per kilogramnya.

Randi Anoma dan Alternatif Ramah Lingkungan

Di tahun 2015, pemuda Randi Anoma Putra melakukan penelitian mengenai ikan sidat untuk kuliahnya di Jurusan Kelautan dan Perikanan, Universitas Bengkulu. Dia melakukan survei di beberapa sungai di Bengkulu. Keprihatinannya melihat cara para nelayan menangkap ikan sidat membuat dia dan dua kawannya yaitu Akri Erfianda dan Rego Damantara mendirikan organisasi Pelopor Penangkapan Ikan Sidat Liar atau PPILAR.

PPILAR berdiri tahun 2016. Mereka melakukan sosialisasi dan penyuluhan penangkapan ikan sidat ramah lingkungan, yaitu dengan menggunakan alat tradisional bubu. Bubu adalah alat penangkap ikan yang bersifat pasif dan tidak merusak ekosistem. Bubu biasanya terbuat dari bambu yang dibuat menjadi semacam perangkap dan diberi pemberat.

Bubu ikan.
Sumber: bandungbergerak.id

Menggunakan bubu, ikan sidat yang ditangkap masih dalam keadaan hidup. Tentu saja harga jualnya lebih tinggi dan ini menguntungkan nelayan. Ikan-ikan yang ditangkap juga bisa dipisahkan dari yang besar dan kecil. Yang kecil bisa dibesarkan hingga mencapai bobot yang layak konsumsi yaitu 200 gram. PPILAR juga mengelola kolam pembesaran ikan sidat.

Sebagian sidat yang sudah dibesarkan, akan dilepaskan di muara untuk mengulang kembali siklus hidupnya. Randi menganggap bahwa ikan sidat yang dilepaskan kembali itu sebagai pajak manusia kepada alam. Jika manusia menangkapi sidat tanpa kendali, bukan tak mungkin sidat akan hilang dari perairan Indonesia. Manusia juga yang akan merugi nantinya.

Pendekatan demi pendekatan terus dilakukan PPILAR kepada para nelayan, sambil terus memberikan penyuluhan tentang KepMen No.80/KEPMEN-KP/2020 tentang Perlindungan Terbatas Ikan Sidat (Anguilla spp.) menetapkan perlindungan ikan sidat dengan status perlindungan terbatas berdasarkan periode waktu tertentu dan ukuran tertentu, yaitu benih semua spesies ikan sidat (Anguilla spp.) pada stadium glass eel (benih) tidak boleh ditangkap setiap bulan genap tanggal 27-28 Hijriah; Anguilla bicolor dan Anguilla interioris dewasa dengan berat di atas dua kilogram tidak boleh ditangkap sepanjang waktu; dan Anguilla marmorata dan Anguilla celebesensis dewasa, dengan berat di atas lima kilogram tidak boleh ditangkap sepanjang waktu.

Kerja keras PPILAR tidak sia-sia. Hingga tahun 2021 saja, sudah ada 20 nelayan yang tergabung bersama PPILAR. 15 orang di Kota Bengkulu, 2 orang di Bengkulu Utara dan 3 orang di Bengkulu Selatan. Hasil tangkapan rata-rata seorang nelayan adalah 15-25 kg ikan sidat per minggunya.

Dengan menangkap sidat dalam keadaan hidup tentu saja akan meningkatkan pendapatan para nelayan tersebut. Namun yang paling penting, upaya PPILAR untuk melestarikan salah satu sumber daya alam penting dan langka di Indonesia yaitu ikan sidat bisa dilakukan dan dilanjutkan. Dengan kembali ke penggunaan alat tradisional dan kearifan lokal, semoga saja ikan sidat bisa terus abadi mengarungi perairan Indonesia.

Penyuluhan kepada masyarakat.
Sumber: astramagz.astra.co.id.

Aksi Randi Anoma dan kawan-kawan PPILAR menuai hasil manis yaitu Apresiasi SATU Indonesia Awards 2017 untuk kategori Kelompok, di bidang Lingkungan dengan judul kegiatan Penyuluh Penangkapan Ikan Sidat Ramah Lingkungan di Bengkulu.

Randi Anoma dan PPILAR menerima apreasiasi SATU Indonesia Awards 2017.
Sumber: IG @randianoma.putra

SATU Indonesia Awards atau Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards merupakan wujud apresiasi PT Astra International Tbk. untuk generasi muda, baik individu maupun kelompok, yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat sekitarnya di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.

 

 

Sumber:

https://anugerahpewartaastra.satu-indonesia.com/2024/assets/files/2024/List-Penerima-Apresiasi-SATU-Indonesia-Awards-2010-2023.pdf diakses 6 November 2024.

https://astramagz.astra.co.id/data/edisi_10_2021/files/basic-html/page223.html diakses 6 November 2024.

https://www.instagram.com/randianoma.putra/ diakses 6 November 2024.

https://bengkulu.antaranews.com/berita/254269/bengkulu-selatan-masuk-kawasan-pelarangan-penangkapan-ikan-sidat  diakses 6 November 2024.

https://www.halodoc.com/artikel/terkenal-di-jepang-ini-6-manfaat-ikan-sidat-bagi-kesehatan?srsltid=AfmBOor3Pi_mt54EZE8r5yDYnyPJWcle4Fu4km68xCyVnEhVL9WDSSwu  diakses 6 November 2024.

https://maritimenews.id/kian-langka-si-ikan-sidat-jangan-sampai-tinggal-riwayat/ diakses 6 November 2024.

 

No comments:

Post a Comment