Apa Itu Ikan Sidat?
Ikan sidat. Sumber: bengkulu.antaranews.com |
Kenal ikan sidat? Tidak? Sama dengan aku, dong. Padahal ikan ini sangat terkenal lo, di Taiwan, Korea dan Jepang. Bahkan sebenarnya, Indonesia menjadi salah satu negara pengekspor besar ikan sidat ke negara-negara Asia Timur itu.
Di tempat asalnya Naruto, ikan ini diolah menjadi unagi yang
harganya mahal. Tahu unagi? Itu adalah makanan khas Jepang dengan bahan baku
sidat tawar, dimasak biasanya dengan cara dipanggang di atas arang dan diolesi
bumbu manis gurih.
Unagi. Sumber: wikipedia.com |
Nah, kalau di Jepang ada makanan khas berbahan dasar unagi,
bagaimana dengan di Indonesia? Ternyata ada juga kuliner tradisional berbahan
ikan sidat yaitu kicik (masak manis pedas) sidat dari Yogyakarta, pepes-sambal
oling dan ungkep oling gulung kuming dari daerah Tegaldlimo, Banyuwangi, Jawa
Timur. Di Banyuwangi, sidat memang memiliki panggilan khas yaitu oling.
Ikan sidat adalah ikan berbentuk mirip belut. Yang
membedakannya adalah ada sirip di kiri kanan dekat kepalanya, seperti telinga
saja. Saat berenang, gerakannya kurang lincah. Hal lain yang membedakan sidat
dari belut adalah jika belut suka hidup di lumpur, maka sidat hidup di air yang
jernih.
Indonesia memiliki 7 spesies ikan sidat dari 18 spesies yang ada di dunia yaitu Anguilla bicolor, Anguilla bicollor pacifica, Anguilla borneensis, Anguilla marmorata, Anguilla celebensensis, Angilla megastoma, dan Anguilla interioris. Populasinya tersebar di pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Ukuran sidat dewasa yang pernah ditangkap adalah 200 cm dengan bobot 27 kilogram. Besar sekali, bukan?
Baca juga: Yoga Andhika dan Laskar Pencerah, Mengawal Masa Depan Cerah remaja Tosari.
Nilai Gizi Ikan Sidat
Kenapa ikan sidat sangat digemari di manca negara? Ternyata
tidak lain dan tidak bukan karena cita rasa dan kandungan gizinya yang luar
biasa.
Sidat memiliki rasa yang kaya, manis, gurih, dan sedikit
kenyal. Tekstur dagingnya berpori yang membuatnya mudah menyerap saus bumbu.
Bagaimana dengan nilai gizinya? Menurut situs halodoc.com, ikan
sidat memiliki setidaknya enam manfaat bagi kesehatan yaitu:
-
Meningkatkan kecerdasan
-
Menjaga kesehatan mata
-
Mengurangi risiko kanker
-
Mencegah diabetes
-
Mempercepat penyembuhan luka
-
Mencegah penyakit jantung
Nutrisi yang terkandung dalam ikan sidat mencakup vitamin B1,
vitamin B2, vitamin A, vitamin C, zinc, protein, karbohidrat, omega-3 dan
kalsium.
Baca juga: Andy Suryansyah, bersama Falle Berantas Nyamuk Sehatkan Masyarakat
Perlindungan Ikan Sidat
Tingginya nilai ikan sidat membuatnya menjadi incaran banyak
pihak. Eksploitasi yang berlebihan dan tidak terawatnya ekosistem laut menjadi
beberapa sebab menipisnya komoditas ikan sidat. Ikan ini kini sudah masuk ke
kategori langka yang keberadaannya dilindungi. Sidat masuk ke daftar Apendiks
II Konvensi Perdagangan Internasional Tumbuhan dan Satwa Liar Spesies Terancam
(CITES).
Di Indonesia yang merupakan tempat populasi terbesar ikan
sidat terbesar dunia, sidat berstatus ikan dengan perindungan terbatas
berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 80 Tahun 2020. Menurut
situs maritimnews.id, data FishStat (2019) menunjukkan produksi sidat nasional
dari 2012-2016 turun sebesar 18,24 %, dari 2.736 ton menjadi 1.063 ton.
Saat masih menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan,
Susi Pudjiastuti mengungkapkan bahwa sebab lain kelangkaan sidat adalah
perburuan glass eel (benih sidat) dengan kedok budidaya tetapi justru malah
diekspor ke luar negeri. Padahal sudah ada KepMen KKP Nomor 19/KEPMEN-KP/2012
yang menyatakan bahwa setiap orang perorangan atau korporasi dilarang
mengeluarkan benih sidat (Anguilla spp) dengan ukuran kurang dari atau sama
dengan 150 (serratus lima puluh) gram per ekor
dari wilayah Negara Republik Indonesia ke luar wilayah Negara Republik
Indonesia. Penyelundupan tak bertanggung jawab inilah yang menimbulkan ancaman
kepunahan sidat.
Penangkapan Ikan Sidat Tidak Ramah Lingkungan
Selain ancaman skala besar terhadap sidat yang dijabarkan di
atas, masyarakat lokal juga menimbulkan ancaman tersendiri bagi sidat.
Di sungai-sungai Bengkulu, kebanyakan nelayan menangkap ikan
sidat dengan cara menyetrum. Ikan-ikan sidat yang mati mencakup ikan-ikan yang
masih berukuran kecil. Malahan, setrum ini juga mematikan ikan-ikan lainnya.
Padahal, ikan sidat yang mati bernilai lebih kecil dibanding
ikan sidat hidup. Ikan sidat mati dihargai 20 ribu per kilogram, sementara ikan
sidat hidup dihargai 45 ribu per kilogramnya.
Randi Anoma dan Alternatif Ramah Lingkungan
Di tahun 2015, pemuda Randi Anoma Putra melakukan penelitian mengenai ikan sidat untuk kuliahnya di Jurusan Kelautan dan Perikanan, Universitas Bengkulu. Dia melakukan survei di beberapa sungai di Bengkulu. Keprihatinannya melihat cara para nelayan menangkap ikan sidat membuat dia dan dua kawannya yaitu Akri Erfianda dan Rego Damantara mendirikan organisasi Pelopor Penangkapan Ikan Sidat Liar atau PPILAR.
PPILAR berdiri tahun 2016. Mereka melakukan sosialisasi dan penyuluhan penangkapan ikan
sidat ramah lingkungan, yaitu dengan menggunakan alat tradisional bubu. Bubu
adalah alat penangkap ikan yang bersifat pasif dan tidak merusak ekosistem. Bubu
biasanya terbuat dari bambu yang dibuat menjadi semacam perangkap dan diberi
pemberat.
Bubu ikan. Sumber: bandungbergerak.id |
Menggunakan bubu, ikan sidat yang ditangkap masih dalam keadaan hidup. Tentu saja harga jualnya lebih tinggi dan ini menguntungkan nelayan. Ikan-ikan yang ditangkap juga bisa dipisahkan dari yang besar dan kecil. Yang kecil bisa dibesarkan hingga mencapai bobot yang layak konsumsi yaitu 200 gram. PPILAR juga mengelola kolam pembesaran ikan sidat.
Sebagian sidat yang sudah dibesarkan, akan dilepaskan di
muara untuk mengulang kembali siklus hidupnya. Randi menganggap bahwa ikan
sidat yang dilepaskan kembali itu sebagai pajak manusia kepada alam. Jika manusia
menangkapi sidat tanpa kendali, bukan tak mungkin sidat akan hilang dari
perairan Indonesia. Manusia juga yang akan merugi nantinya.
Pendekatan demi pendekatan terus dilakukan PPILAR kepada
para nelayan, sambil terus memberikan penyuluhan tentang KepMen No.80/KEPMEN-KP/2020
tentang Perlindungan Terbatas Ikan Sidat (Anguilla spp.) menetapkan
perlindungan ikan sidat dengan status perlindungan terbatas berdasarkan periode
waktu tertentu dan ukuran tertentu, yaitu benih semua spesies ikan sidat (Anguilla
spp.) pada stadium glass eel (benih) tidak boleh ditangkap setiap bulan
genap tanggal 27-28 Hijriah; Anguilla bicolor dan Anguilla interioris
dewasa dengan berat di atas dua kilogram tidak boleh ditangkap sepanjang waktu;
dan Anguilla marmorata dan Anguilla celebesensis dewasa, dengan
berat di atas lima kilogram tidak boleh ditangkap sepanjang waktu.
Kerja keras PPILAR tidak sia-sia. Hingga tahun 2021 saja,
sudah ada 20 nelayan yang tergabung bersama PPILAR. 15 orang di Kota Bengkulu, 2
orang di Bengkulu Utara dan 3 orang di Bengkulu Selatan. Hasil tangkapan
rata-rata seorang nelayan adalah 15-25 kg ikan sidat per minggunya.
Dengan menangkap sidat dalam keadaan hidup tentu saja akan
meningkatkan pendapatan para nelayan tersebut. Namun yang paling penting, upaya
PPILAR untuk melestarikan salah satu sumber daya alam penting dan langka di
Indonesia yaitu ikan sidat bisa dilakukan dan dilanjutkan. Dengan kembali ke penggunaan
alat tradisional dan kearifan lokal, semoga saja ikan sidat bisa terus abadi mengarungi
perairan Indonesia.
Penyuluhan kepada masyarakat. Sumber: astramagz.astra.co.id. |
Aksi Randi Anoma dan kawan-kawan PPILAR menuai hasil manis yaitu Apresiasi SATU Indonesia Awards 2017 untuk kategori Kelompok, di bidang Lingkungan dengan judul kegiatan Penyuluh Penangkapan Ikan Sidat Ramah Lingkungan di Bengkulu.
Randi Anoma dan PPILAR menerima apreasiasi SATU Indonesia Awards 2017. Sumber: IG @randianoma.putra |
SATU Indonesia Awards atau Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards merupakan wujud apresiasi PT Astra International Tbk. untuk generasi muda, baik individu maupun kelompok, yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat sekitarnya di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.
Sumber:
https://anugerahpewartaastra.satu-indonesia.com/2024/assets/files/2024/List-Penerima-Apresiasi-SATU-Indonesia-Awards-2010-2023.pdf diakses 6 November 2024.
https://astramagz.astra.co.id/data/edisi_10_2021/files/basic-html/page223.html
diakses 6 November 2024.
https://www.instagram.com/randianoma.putra/
diakses 6 November 2024.
https://bengkulu.antaranews.com/berita/254269/bengkulu-selatan-masuk-kawasan-pelarangan-penangkapan-ikan-sidat diakses 6 November 2024.
https://www.halodoc.com/artikel/terkenal-di-jepang-ini-6-manfaat-ikan-sidat-bagi-kesehatan?srsltid=AfmBOor3Pi_mt54EZE8r5yDYnyPJWcle4Fu4km68xCyVnEhVL9WDSSwu diakses 6 November 2024.
https://maritimenews.id/kian-langka-si-ikan-sidat-jangan-sampai-tinggal-riwayat/
diakses 6 November 2024.
No comments:
Post a Comment